Sleman – Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo mengikuti prosesi Upacara Adat Suran Mbah Demang yang diselenggarakan pada 7 Sura atau malam hari jelang 8 Sura yakni pada Selasa, (25/7) di Kalurahan Banyuraden Gamping. Bupati Sleman berkesempatan menyebar ‘udik-udik’ serta melepas merpati putih sebelum mengikuti prosesi kirab pusaka, kitab, dan bendhe menuju Rumah Tabon Ki Demang Cokrodikromo Modinan dengan menaiki andong.
Kirab budaya Suran Mbah Demang melewati rute di sepanjang Desa Banyuraden dari mulai Halaman Kalurahan Banyuraden menuju Rumah Tabon Ki Demang di Modinan Jalan Godean Km 3. Ratusan bregada prajurit, kelompok kesenian serta ogoh-ogoh yang tergabung dalam 17 kelompok turut memeriahkan upacara adat tahunan ini.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo mengajak masyarakat untuk melestarikan peninggalan dan tradisi leluhur. Nilai-nilai luhur yang dimiliki Ki Demang dapat dimaknai untuk diimplementasikan di kehidupan sehari-hari. Hal tersebut bisa dijadikan pegangan dalam hidup yang selaras dan tidak bertentangan dengan keyakinan terhadap Tuhan YME.
“Melalui Upacara Adat ini juga bisa menjadi pengingat bagi masyarakat Banyuraden dan sekitarnya akan tradisi leluhur yang harus dilestarikan. Apalagi Upacara Adat Suran Mbah Demang ini sudah menjadi warisan budaya tak benda yang ditetapkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Harapannya nilai-nilai luhur Ki Demang ini bisa diserap masyarakat sebagai bekal hidup bermasyarakat dan kegiatan ini bisa menjadi wisata budaya unggulan,” ujar Kustini
Lebih lanjut, dengan nguri-uri kebudayaan dan tradisi leluhur ini kedepannya juga dapat menumbuhkan kesadaran generasi muda akan pentingnya melestarikan adat istiadat dan seni tradisi di Kabupaten Sleman. Serta harapannya dengen pelestarian budaya juga dapat meningkatkan perekonomian dan pariwisata Kabupaten Sleman secara berkesinambungan.
Sementara itu, Lurah Banyuraden, Sudarisman menyampaikan Upacara Adat Suran Mbah Demang ini mengusung tema Hememayu Banyuraden yang berarti pelestarian upacara adat tradisi sebagai wujud menciptakan warga masyarakat desa yang bahagia. Menurutnya, Upacara adat ini untuk mengenang ketokohan Ki Demang sekaligus serta menampilkan potensi budaya di Banyuraden.
Setelah prosesi adat selesai, masyarakat yang hadir memperebutkan gunungan yang telah dikirab menuju Tabon Ki Demang. Antusiasme ribuan masyarakat Banyuraden dan sekitarnya terlihat di sepanjang jalan yang dilalui kirab.