Upaya pengembangan lahan tanaman kopi terus diupayakan Pemerintah Kabupaten Sleman. Salah satunya dengan kegiatan penanaman 50 ribu bibit kopi yang dilakukan di lahan seluas 50 hektar di kawasan lereng Merapi yang meliputi Kapanewon Cangkringan, Pakem dan Turi.
Kegiatan penanaman bibit kopi ini dilakukan secara simbolis oleh Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, pada Kamis (28/12), bertempat di Umbulharjo, Cangkringan. Pada acara tersebut Danang juga menyerahkan bantuan fasilitas pengembangan tanaman kopi kepada perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Danang mengatakan bahwa pasca erupsi Merapi tahun 2010 lalu, banyak lahan tanaman kopi di sekitar lereng Merapi yang rusak akibat terdampak erupsi. Maka dari itu, Pemkab Sleman terus berupaya untuk menanam kembali bibit kopi guna mengembalikan jumlah lahan yang rusak tersebut.
“Terlebih permintaan kopi di Sleman ini besar, dan saat ini kita belum bisa mencukupi,” ungkapnya.
Dengan langkah ini, diharapkan kopi dari kawasan Merapi ini dapat berkembang dan mampu bersaing di pasaran. Untuk itu, Danang mengajak semua pihak terkait untuk saling berkolaborasi untuk membudidayakan tanaman kopi ini, serta mempromosikannya.
“Kopi Merapi ini tergolong kopi spesial, karena semakin tinggi ditanam, kopi semakin enak. Saya pengen ikon kopi Merapi ini semakin di kenal. Dan nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat disini,” kata Danang.
Sementara Sekretaris Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Rofiq Andriyanto, menerangkan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi dari program pemerintah pusat melalui dana APBN. Seperti yg disampaikan oleh Wakil Bupati Sleman, melalui kegiatan ini diharapkan lahan perkebunan kopi di lereng gunung Merapi kembali berkembang setelah erupsi Merapi 2010 lalu.
“Saat sebelum erupsi lahan kopi kita ada 850 hektar, dan setelah erupsi ada sejumlah perubahan, dan sekarang hanya tersisa 375 hektar saja. Maka ini perjuangan untuk kita semua,” ujarnya.
Upaya ini menurutnya sudah dimulai sejak 2022 lalu pada kegiatan serupa untuk tahap pertama. Sama seperti penanaman kopi tahap kedua ini, pada tahap pertama jumlah lahan yang ditanami sejumlah 50 hektar, dengan jumlah bibit sebanyak 50 ribu bibit.
“Maka dengan jumlah yang sekitar 425 hektar ini tentu masih jauh dari potensi lahan kopi di tiga Kapanewon ini yang sebesar 2500 hektar. Maka ini perjuangan yang panjang,” ujarnya.