“Melalui penyelenggaraan monitoring dan evaluasi ini saya harapkan kita dapat mengetahui berbagai kendala, permasalahan maupun hambatan dalam upaya menurunkan stunting di Kabupaten Sleman. Sehingga kita dapat mencapai target tahun 2023 ini, yaitu angka stunting dapat turun lagi menuju angka 14 persen,” kata Danang. Danang menjelaskan, menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), tingkat prevelensi stunting nasional berada di angka 21,7 persen, sedangkan untuk DIY sebesar 16,4%. Sementara itu, Kabupaten Sleman tercatat berada pada angka 15%. Meski Sleman berada di bawah angka nasional dan provinsi, Danang tetap mendorong agar target 14% dapat tercapai.
“Mari kita wujudkan ketahanan keluarga baik di bidang kesehatan, ekonomi maupun kebahagiaan keluarga di Kabupaten Sleman, guna memutus mata rantai kemiskinan dan menurunkan angka stunting hingga zero di Kabupaten Sleman,” pungkas Danang. Sementara itu, Arif Wibowo, Penyuluh Keluarga Berencana Kapanewon Turi, memaparkan jumlah anak stunting di Kapanewon Turi berdasarkan data Puskesmas Turi tahun 2022 sebanyak 227 anak. Data tersebut terdiri dari, Kalurahan Bangunkerto sebanyak 64 anak, Kalurahan Donokerto sebanyak 37 anak, Kalurahan Girikerto sebanyak 58 anak, dan Kalurahan Wonokerto sebanyak 68 anak.
Untuk menekan angka anak stunting di Kapanewon Turi, telah dibentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari kader KB, unsur PKK, dan unsur bidan/tenaga kesehatan. Arif berharap, dukungan juga dapat terus diberikan dari berbagai pihak, baik dari tingkat kabupaten maupun dukungan pihak swasta. “Keterlibatan TPPS tingkat Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan maupun swasta dibutuhkan dalam mendukung program percepatan penurunan stunting,” jelas Arif.