“Kaderlah yang dapat menggerakkan masyarakat secara langsung. Melalui pendekatan dan sosialisasi, masyarakat dapat lebih cepat memahami cara penanggulangan stunting. Pencegahan dapat dimulai dengan sosialisasi kepada para remaja ataupun calon pengantin. Sehingga mereka dapat memahami bagaimana mempersiapkan gizi yang tepat untuk calon bayi,” kata Kustini.
Bupati mengingatkan terkait anjuran usia pernikahan yakni, minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Dengan kesiapan usia, kesehatan fisik maupun psikis, menjadi salah satu upaya untuk meminimalisir terjadinya stunting pada anak.
Dengan peresmian mushola Ibnu Sina, Bupati berharap fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan secara baik. Tak hanya untuk karyawan Puskesmas Pariwisata Prambanan, namun juga bagi masyarakat umum.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Puskesmas Pariwisata Prambanan, Toto Suharto, melaporkan bahwa angka stunting di kawasan Kapanewon Prambanan mengalami penurunan. Data pada tahun 2021 sebesar 6,4 persen sedangkan pada tahun 2022 turun menjadi 6,29 persen. Toto mengatakan akan terus berupaya untuk menurunkan angka stunting, salah satunya dengan menggiatkan sosialisasi.
“Dengan semangat bersama, kami akan terus upayakan dengan slogan SMART yang dimiliki Puskesmas Pariwisata Prambanan. Solid, mumpuni, akurat, responsif, dan tangguh,” ujar Toto.
Merespons keberhasilan Puskesmas Pariwisata Prambanan, Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama, menyampaikan apresiasinya. Hal ini tak terlepas dari capaian Angka stunting di kawasan Kapanewon yang berhasil di bawah angka Kabupaten.
“Angka stunting di Prambanan yang berhasil turun hingga 6,29 persen patut diapresiasi. Bahkan lebih rendah dari jumlah di Kabupaten Sleman yang berada di angka 6,88 persen. Keberhasilan ini semoga bisa semakin menurun dan menjadi acuan bagi Kapanewon lain,” ucap Cahya.
Cahya menambahkan, salah satu cara mudah untuk mengingat pencegahan stunting adalah dengan langkah “ABCDE”. Langkah tersebut dapat dilakukan oleh remaja putri sebelum menikah hingga pasca melahirkan.
“Perlu diingat ABCDE. Aktif minum tablet tambah darah, Bumil harus teratur memeriksakan kegamilannya, Cukup mengonsumsi protein hewani untuk bayi, Datang ke posyandu setiap bulan dan Eksklusif ASI enam bulan,” jelas Cahya.