Kegiatan ini merupakan upaya Pemkab Sleman untuk memberikan ilustrasi atau gambaran digitalisasi pasar utamanya penerapan QRIS dalam transaksi jual beli baik oleh konsumen maupun pedagang.
“Kunjungan kali ini agar teman–teman paguyuban pedagang pasar dan PKL se-Kabupaten Sleman sejumlah 127 orang ini bisa melihat langsung transaksi dengan menggunakan QRIS di Pasar Potrojayan,” terang Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman, Mae Rusmi Suryaningsih.
Mae menyebut QRIS sudah digunakan di sejumlah tempat seperti Foodcourt (Pujasera : Pusat Jajanan Serba Ada) Denggung, PKL Malam, dan sejumlah pasar tradisional. Sejauh ini Pemkab Sleman telah menerapkan penggunaan QRIS di 8 pasar tradisional dari total 42 pasar binaan Dinas Perindag Kabupaten Sleman.
“Di Kabupaten Sleman ada sekitar 80 pasar, dan di bawah binaan Dinas Perindag ada 42 pasar yang rencananya di tahun 2023 akan dilakukan percepatan digitalisasi,” kata Mae.
Mae juga mengatakan tidak menutup kemungkinan di tahun berikutnya Dinas Perindag akan merangkul pasar tradisional lain termasuk pasar desa demi percepatan digitalisasi guna menciptakan kondisi ekonomi digital di Kabupaten Sleman.
Mae berharap digitalisasi pasar akan mempermudah transaksi masyarakat, dan mengenalkan para pedagang untuk transaksi digital tanpa manual lagi.
“Sehingga harapannya banyak kaum milenial, kaum muda yang males bawa duit itu mau ke pasar tradisional,” kata Mae.
Senada dengan Mae, peserta kunjungan pedagang dari Pasar Sambilegi, Arum mengatakan bahwa dari kunjungan ini telah mendapatkan manfaat tentang penerapan QRIS sebagai salah satu langkah percepatan digitalisasi pasar.
“Kunjungan ini menjadi pelajaran bagi kami pedagang se-Sleman untuk menerapkan digitalisasi di pasar kami pasar Sambilegi,“ pungkas Arum.