Perubahan musim yang tidak menentu saat ini ternyata banyak menimbulkan korban baik korban benda maupun jiwa dan itu mestinya menjadi kewaspadaan bersama baik pemerintah maupun masyarakat. Hal tersebut disampaikan Bupati Sleman Drs.Sri Purnomo saat meninjau bencana tanah longsor di Dusun Nglengkong, Sambirejo Prambanan. Dalam penjinjauan tersebut bupati didampingi antara lain Asekda Bidang Pembangunan dr. Sunartono, M.Kes, Kepala Dinas Tenaga kerja dan Sosial Drs. Kriswanto, Msc, Kepala Bagian Humas Dra. Endah SW. Lebih lanjut disampaikan Sri Purnomo bahwa untuk mengantisipasi bencana yang mungkin terjadi masyarakat diharapkan selalu waspada, teruma bila terjadi hujan yang terus-menerus apalagi di daerah perbukitan seperti yang terjadi di Prambanan ini. Karena di daerah prambanan, terutama di daerah atas yang berbukit dengan bebatuan yang rawan akan longsor. Disamping itu karena musim yang tidak menentu tersebut bukan hanya masyarakat Prambanan yang harus waspada tetapi masyarakat Sleman semua. Diharapkan pula masyarakat saling gotong royong untuk memperbaiki rumah/tempat ibadah yang rusak, meskipun tidak sampai mengevakuasi masyarakat yang kena longsoran tetapi kewaspadaan harus selalu dilakukan. Kepada warga yang saat itu tengah bergotong royong membersihkan sampah akibat banjir Bupati juga minta agar kegotong royongan itu diteruskan.
Bencana tanah longsor yang terjadi di Dusun Nglengkong Sambirejo Prambanan tersebut karena guyuran hujan yang terus menerus hingga bendungan yang ada diatasnya tidak mampu lagi menahan air karena hujan. Bencana tanah longsong yang terjadi tanggal 23 jam 20.WIB tersebut menimbulkan koran harta benda yang cukup besar. Bencana tanah longsor/banjir tersebut menghayutkan 2 (dua) ekor sapi dan satu ekor kambing. Sedang korban rumah yang hancur tanpa bekas 1 rumah milik Darmo Pawiro karena rumah dan isinya hancur terbawa air yang diperkirakan menderita kerugian sekitar 30 juta rupiah. Rumah yang rusak sedang milik Asmo Kariyo yang dalam kesempatan tersebut mendapat bantuan Rp 2 juta rupiah dan Rp 500 ribu rupiah sesuai dengan Perda nomor 3 tahun 2010. Kerusakan paling parah terjadi di RT 6 RW 19 Dusun Nglengkong Sambirejo Prambanan. Disamping kedua rumah yang hancur dan rusak sedang tersebut jjuga mengakibatkan 16 rumah rusak ringan karena diterjang banjir, kerugian masing-masing rumah yang rusak ringan mencapai 3 jutaan rupiah. Kalau melihat banyak batu yang besar bisa hanyut diperkirakan banjir sangat besar. Banjir tersebut diakibatkan karena kualitas bendungan yang ada diatasnya kualitasnya kurang baik, hal ini bisa dilihat dari bekas bendungan yang masih tersisa. Sementara krusakan bendungan yang terjadi diperkirakan mencapai lebar 15 meter dengan ketinggian sekitar 5 Meter. Menurut Kepala Dusun Nglengkong para korban tidak akan mengungsi, tetapi sementara akan tinggal di rumah anak – anaknya.
Dalam kesempatan tersebut Bupati Sleman juga meninjau bendungan yang ambrol. Meskipun jarak bendungan dengan pedukuhan Nglengkong jaraknya hanya sekitar 1 kilometer, namun untuk mencapai tempat tersebut medannya sangat berat dan harus menempuh jalan melingkar yang jaraknya mencapai 15 KM. Mengenai bendungan yang rusak Bupati Sleman mengatakan bahwa akan menidentifikasi bendungan yang rusak, terkait dengan kewenangan Pemkab Sleman, mengingat bendungan tersebut merupakan milik Propinsi DIY. Dengan identifikasi ini kerusakan akan segera dilaporkan ke Propinsi DIY.
Dalam kesempatan tersebut Bupati Sleman juga menyampaikan bahwa untuk mengantisipasi bencana yang mungkin terjadi maka Pemkab Sleman selalu melakukan identifikasi daerah-daerah yang rawan bencana, agar gejala yang mungkin terjadi diketahui sejak dini. Termasuk kegiatan Gunung Merapi yang saat ini mulai aktif dan itu melibatkan berbagai pihak bukan saja pemerintah kecamatan, Desa sekitar kaki Gunung Merapi dan masyarakat. Yang jelas Pemkab sleman selalu memonitor dan memantau yang melibatkan Kesbanglinmas dan selalu ditimdak lanjuti untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi hal tersebut sebagai bentuk pengamanan dan kenyamanan masyarakat.
Kaitannya dengan status Gunung Merapi yang saat ini meningkat, Bupati Sleman mengatakan bahwa karena Merapi merupakan gunung yang aktif maka terus menerus selalu diamati setiap gejala alam. Pemkab Sleman sudah siap karena sudah tersistem. Dengan telah adanya sistem ini bila terjadi aktivitas yang meningkat Pemkab tinggal menggerakkan sistem tersebut termasuk menyiapkan masyarakat sekitar Lereng Merapi. Merapi akan dipantau terus menerus agar setiap gejala selalu diamati. Kesiapan untuk barak pengungsian juga telah dilakukan. Aktivitas yang sekarang sudah waspada tersebut sesuai dengan SOP nya sudah dijalankan. Pemkab Sleman juga telah menyiapkan dana darurat untuk penanggulangan bencana ini. Kesiapan menghapadapi aktivitas Gunung Merapi ini bukan hanya dari Pemkab dan masyarakat Sleman tetapi juga melibatkan Tagana