Arsip Kategori: Berita

Untuk Informasi Selengkapnya tentang Penanganan Bencana Gunung Merapi 2010 :
3
Dec

Status Merapi turun menjadi Siaga (level 3)

Terkait dengan penurunan status Merpai dari Awas menjadi Siaga  mulai  hari jumat tanggal 3 Desember 2010, Bupati Sleman meminta agar masyarakat yang kembali ke rumah untuk tetap berhati-hati dan waspada terutama yang berada di pinggir kali yang berhulu pada Merapi.,  meliputi Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Krasak, Kali Opak. Dengan slogan Sleman Bangkit, Bupati Sleman meminta masyarakat mengadakan gerakan gotong royong; untuk pembersihan lingkungan menggerakan roda perekonomian masyarakat dan menumbuhkan kehidupan baru yang lebih baik.

Jika pembersihan rumah para pengungsi, Pemerintah Kabupaten Sleman tetap memfasilitasi pengungsi  jika masih berada di pengungsian. Bagi para pengungsi yang kehilangan rumah tinggal diminta untuk tetap di pengungsian menunggu penyelesaian pembangunan shelter.

Sesuai dengan rekomendasi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, jika terjadi peningkatan atau penurunan aktivitas G. Merapi, status aktivitas G. Merapi akan dinaikkan atau diturunkan, oleh karena itu masyarakat tetap mengikuti arahan pemerintah yang dirumuskan berdasarkan data aktivitas merapi. Selain itu diminta tidak ada kegiatan di daerah Kawasan Rawan Bencana III Gunung Merapi dalam radius 2,5 km dari puncak G. Merapi terutama di wilayah Cangkringan, Ngemplak dan Pakem. Demikian juga masyarakat yang berada pada jarak 300 meter dari bibir sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi, pada saat terjadi hujan di sekitar Gunung Merapi untuk tidak melakukan kegiatan pada wilayah bahaya lahar tersebut.

Untuk membantu meringankan beban masyarakat yang berada di kawasan bencana Merapi, Pemkab Sleman pada tanggal 1 Desember 2010 telah mengirimkan surat permohonan bantuan Jaminan hidup (Jadup) kepada Kepala Badan nasional Penanggulangan Bencana, yang ditembuskan Menteri Sosial republik Indonesia dan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta. Pengusulan jadup berupa 0,4 kg beras per jiwa per hari dan uang lauk pauk Rp 5.000 perjiwa perhari untuk :

1. Pengungsi di Shelter sebanyak 13.065 jiwa untuk 30 hari,

2. Pengungsi non shelter yang berada di wilayah Cangkringan sebanyak 19.985 jiwa selama 30 hari,

3. Untuk pengungsi zona 10 km sebanyak 12.046 untuk 20 hari,

4. Untuk pengungsi zona 15 km sebanyak 54.784 jiwa untuk 10 hari,

5. Zona 20 km dengan jumlah 22.541 pengungsi untuk 5 hari.

3
Dec

Jumlah Korban Meninggal Bencana Erupsi Merapi per Tanggal 2 Desember 2010 mencapai 277 orang

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman jumlah korban bencana erupsi Gunung Merapi kembali bertambah. Sampai dengan tanggal 2 Desember 2010 jumlah korban meninggal mencapai 277 orang. Bertambahnya data korban meninggal ini diantaranya merupakan hasil evakuasi di lokasi bencana erupsi Merapi dan juga dari barak pengungsian yaitu adanya warga pengungsi yang meninggal dunia baik itu meninggal karena sakit maupun meninggal karena usia lanjut.

3
Dec

Normalisasi Pasca Erupsi

Pasca erupsi gunung Merapi banyak yang harus dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, diantaranya mengembalikan alur sungai yang saat ini tertutup material lahar panas Gunung Merapi. Hal tersebut terungkap saat peninjauan di lokasi bekas lahar panas gunung Merapi di bekas dusun Jambu dan Kopeng Kepuharjo Cangkringan oleh  Kepala Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah  sungai Serayu Opak Imam Marjiyanto, yang dalam kesempatan tersebut didampingi  Komandan Tanggap darurat bencana Gunung Merapi Ir. Widi Sutikno juga kepala bagian Humas setda kabupaten sleman Dra. Endah Widiastuti. Disampaikan oleh Imam Marjiyanto bahwa alur sungai yang lama tidak ada dan pasca erupsi Merapi timbul lagi yaitu alur sungai Opak yang selama ini tidak kelihatan, nantinya akan dialihkan ke alur sungai Gendol. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak timbul bencana baru, karena kalau alur kali Opak dibiarkan, maka material yang ada di lereng Gunung Merapi sebagian akan hanyut melewati alur kali Opak. Padahal alur kali Opak tersebut yang ada di bagian bawah sudah hampir hilang. Lebih lanjut disampaikan bahwa untuk menahan material yang ada di Kali Gendol nantinya Kantong lahar yang sudah ada di Rogobangsan, Bimomartani, Ngemplak tersebut akan dikeruk sebagai penampung  lahar dingin merapi yang melewati alur sungai Gendol.Sebetulnya kantong lahar tersebut sudah lama ada dan saat ini sudah menjadi lahan pertanian yang subur yang dikelola masyarakat. Untuk mefungsikan kembali Kantong Lahar tersebut tentunya akan didahului dengan sosialisasi pada masyarakat agar tidak timbul masalah dikemudian hari.

Disampaikan pula bahwa  program tanggap darurat tersebut adalah pembuatan Guide Chanel yaitu  pengembalian alur yang Gendol itu tetap kembali ke Kali Gendol, karena gendol   itu sekarang ini sebagian sudah tidak mengalir ke Kali Gendol dan mengalir ke lahan yang bukan semestinya makanya harus dikembalikan ke alur kali Gendol lagi. Sedangkan yang kedua kalau Guide Chanel sudah siap maka dimasukkan ke Gendol, sedangkan alur-alur yang kelihatan itu diperdalam dan yang mengalir ke Opak dibuntu untuk dialihkan ke Kali gendol dan alur yang tidakm jelas tersebut dialirkan ke Gendol. Sedang menurutnya kalau diijinkan maka akan menerjunkan alat untuk membuat alau agar masuk ke Gendol, tetunya kerjasama dengan Pemkab Sleman, itupun akan dilakukan sosialisasi lebih dahulu. Kaarena saat ini sudah tyerjadi bencana, dan kedepan tujuannya adalah melokalisir bencana agar yang sekarang tidak terkena bencana jangan sampai ikut-ikut kena bencana. Sebetulnya Balai besar wilayah sungai Serayu Opak sudah mulai menunjuk rekanan dan sudah memobilisasi personil dan kemudian koordinasi dengan Pak Widi dan Lurah tempat bencana erupsi merapi baru mobilisasi alat, dan itu sensitip sekali maka perlu kehati-hatian. Selain itu Tanggap Darurat tersebut adalah peningkatan kapasitas artinya alur yang sudah penuh digali dan dibuat tanggul. Disamping di kali Gendol maka lahan /sungai yang tersumbat akan digali agar alur air lebih lancar. Saementaraa untuk kali gendol lahar dinginnya belum turun dan diperkirakan turunnya tidak sekaligus, dan yang akan turun menurut Imam Marjiyanto baru 30 %an dan kalau itu yang terjadi tidak terlalu membahayakan, artinya turunnya sedikit demi sedikit.

Sementara menurut Widi Sutikno bahka untuk  mengembalikan tata ruang yang baru akan berubah dengan terjadinya eruspsi merapi. Dan untuk mengembalikan kehidupan masyarakat yang kena dampak musibah erupsi Merapi harus sangat hati-hati, yang jelas semua masukan akan ditampung dengan berbagai wacana. Karena ada berbagai keinginan masyarakat yang langsung sebagai korban bencana , langkah yang akan diambil harus memperhatikan berbagai masukan dan aspek yang mungkin timbul. Termasuk ngomongpun sebagai Komandan Tanggap Darurat harus sangat hati-hati karena sangat sensitip sekali, salah ngomongpun akan berakibat fatal, apa yang disampaikanpun yang ada kaitannya dengan Tanggap darurat dan tidak akan masuk pada rekaferi, karena sudah ada yang menangani sendiri.

Isi situs bersifat informatif bukan merupakan legal opinion dari Pemerintah Kabupaten Sleman. Apabila terdapat data elektronik based yang berbeda dengan data resmi paper,
maka yang menjadi acuan adalah data resmi paper based.