5
May
Bagi penggemar kuliner terlebih bagi yang suka nongkrong di angkringan, tentunya sayang bila tidak mengunjungi stan Kecamatan Kalasan di Pameran Potensi Daerah yang digelar di Kompleks Lapagan Denggung Sleman. Di stan Kecamatan Kalasan ini dijual “sego kucing” yang biasa dapat kita beli di angkringan, namun bedanya “sego kucing” di stan ini ada 6 variasi warna. 6 variasi warna “sego kucing” yang dapat dipilih pembeli adalah Sego Kucing Abang Ireng, Sego Kucing Ireng, Sego Kucing Abang, Sego Kucing Putih, Sego Kucing Ireng Putih dan Sego Kucing Abang Putih.
Uniknya, nasi dengan kombinasi berbagai warna ini tidak menggunakan pewarna tetapi memang warna asli dari beras yang dimasak yaitu beras hitam, beras merah dan beras putih. Bahkan menurut penjaga stan Kecamatan Kalasan, Eni Tri Indriastuti “sego kucing” ini dibuat dengan bahan beras organik yang dikembangkan oleh Kelompok Tani Alami Restu Bumi yang beralamat di Karangmojo Tamanmartani, Kalasan, Sleman. Eni mengatakan “sego kucing” ini merupakan hasil kreasi dari ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Ibu Bumi. “Beras organik ini hasil bertani bapak-bapak dan sego kucing ini merupakan kreasi ibu-ibu,” ungkap Eni menjelaskan.
“Sego kucing” organik dengan 6 variasi warna ini ternyata mendapat sambutan yang cukup baik dari pengunjung pameran. Setiap harinya sedikitnya 80 bungkus “Sego Kucing” habis sebelum stan ditutup. Eni mengatakan pada umumnya pembeli yang datang ke stannya membeli lebih dari satu bungkus karena mereka merasa penasaran untuk mencoba “sego kucing” dengan warna yang berlainan.
Bagi anda yang tertarik ingin mencoba, tentunya anda harus datang lebih awal ke stan Kecamatan Kalasan agar tidak kehabisan stok “sego kucing”. Anda tidak perlu kawatir soal harga, karena meski dibuat dari bahan organik dan dengan warna bervariasi namun anda tidak harus merogoh kocek dalam karena “sego kucing” ini hanya dijual dengan kisaran harga Rp 1.000, – sampai Rp 2.000,- per bungkusnya. Dengan harga tersebut pembeli juga mendapat 2 pilihan lauk yaitu teri atau tempe seperti halnya membeli “sego kucing” di angkringan pada umumnya.
4
May
Berbagai pelatihan peningkatan kapasitas dan program-program SCBD yang lain kurang dimanfaatkan secara optimal oleh beberapa Instansi SKPD. Ada berbagai program SCBD yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh instansi untuk meningkatkan kapasitas serta pelayanannya pada masyarakat, namun justru tidak dimanfaatkan oleh beberapa instansi SKPD. Demikian diungkapkan oleh Plt Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman, dr Sunartono pada acara Workshop Peningkatan Kapasitas Kabupaten Sleman di Bappeda Sleman. Selanjutnya dr. Sunartono mengatakan bahwa workshop mengenai penentuan dan penghitungan Analisis beban kerja ini sangat penting karena berkaitan dengan upaya peningkatan profesionalisme kerja aparat di setiap unit kerja, terlebih analisis beban kerja merupakan langkah awal yang bersifat strategis, dalam proses mewujudkan reformasi birokrasi menuju era renumerasi di Lingkungan Pemkab Sleman. Dalam era renumerasi, kirerja seorang aparat harus bisa diukur serta ditentukan kuantitas dan kualitas kinerjanya, sehingga sangat diperlukan berbagai indikator serta parameter kinerja seorang aparat. Untuk itu terlebih dahulu di setiap SKPD harus memiliki SOP dalam setiap pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, sehingga semua kinerja di masa mendatang akan terukur. Dengan demikian akan jelas setiap aparat bisa menghasilkan apa dan nilainya atau ukurannya berapa. Namun hingga saat ini, kita belum bisa menilai kinerja suatu unit kerja apalagi kinerja seorang aparat, ini terjadi karena di Pemkab belum semua aktivitas memiliki SOP yang berfungsi sebagai parameter.
Sementara itu Kepala Bappeda Kabupaten Sleman Drg Intriati Yudatiningsih, M.Kes dalam laporannya mengatakan bahwa penyelenggaraan workshop ini sesuai dengan salah satu misi Kabupaten Sleman sebagaimana tertuang dalam RPMJD 2011-2015 yaitu : meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat. Adapun tujuan kegiatan-kegiatan dalam SCBD ini adalah untuk meningkatkan bekal bagi Pemda untuk pelayanan public, sehingga tema yang diambil adalah: Penguatan Kapasitas untuk Peningkatan Pelayanan Masyarakat. Selanjutnya Drg Intriati Yudatiningsih mengatakan bahwa strategi penyelenggaraan dalam upaya penguatan kapasitas untuk pelayanan masyarakat itu adalah:
1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai faktor kunci dalam memberikan pelayanan
2. Peningkatan efektivitas kelembagaan
3. Peningkatan responsibilitas institusi daerah terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat
4. Peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan sesuai dengan standar pelayanan minimum yang ditetapkan, serta
Workshop Peningkatan Kapasitas Kabupaten Sleman ini diselenggarakan selama 3 hari dari tanggal 4 Mei s/d 6 Mei 2011 di Bappeda Sleman. Workshop ini diikuti oleh kurang lebih 95 orang peserta yang terdiri dari Kepala Dinas/Badan/Kantor, Camat dan UPT di lingkungan pemkab Sleman. Workshop ini menghadirkan pembicara dari Fisipol UGM, tim ABK dari UPN dan dari STIM YKPN.
4
May
Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia (GOPTKI) Kabupaten Sleman merayakan ulang tahunnya yang ke-54 pada Sabtu, 30 April 2011. Kali ini HUT GOPTKI mengambil tema ‘Hijau Indonesiaku Bersahabat dengan Alam’. Tema ini terkait dengan berbagai bencana yang akhir-akhir ini terjadi di Kabupaten Sleman seperti erupsi Merapi dan banjir lahar dingin yang hingga saat ini masih sering terjadi. Tema ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran para orang tua dan juga masyarakat akan pentingnya pengenalan dan wawasan lingkungan hidup bagi anak-anak.
Dengan menanamkan kesadaran ini diharapkan anak-anak sejak dini memiliki tanggung jawab dan kepedulian terhadap alam dan lingkungannya. Dalam acara peringatan HUT GOPTKI ini disampaikan pula oleh Ketua GOPTKI Kabupaten Sleman, Kusmardiyantinah Sutrisno menyampaikan bahwa pendidik taman kanak-kanak dapat memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak. Hal ini perlu ditekankan mengingat pendidikan anak-anak usia dini seharusnya dapat menstimulasi perkembangan anak-anak dalam menanamkan nilai-nilai terhadap lingkungan serta nilai-nilai budi pekerti. Pengelola TK juga harus senatiasa meningkatkan kualitas SDM nya agar pendidikan yang diberikan juga semakin berkualitas dan menghasilkan anak didik yang juga berkualitas.
Acara peringatan HUT GOPTKI ini juga diisi dengan paparan singkat tentang Mitigasi Penanggulangan Bencana Alam yang disampaikan oleh Kepala BPPTK DIY, Subandriyo. Dalam kesempatan ini Subandriyo menyampaikan harapannya agar melalui para penyelenggara pendidikan taman kanak-kanak dapat memberikan landasan pendidikan bagi anak-anak usia dini tentang pentingnya menghargai alam dan proses yang terjadi pada alam sehingga anak-anak dapat belajar untuk menanggulangi dan menghindari bahaya bencana alam dengan lebih baik.