P3A ( Perkumpulan Petani Pemakai Air ) Maduwarih dari Prambanan maju dalam lomba P3A Tingkat Nasional. Penilaian oleh tim penilai dari pusat dilaksanakan di P3A Maduwarih Bendosari Madurejo Prambanan Sleman, Selasa 16 Agustus 2011. Dalam laporanya Ketua P3A Maduwarih Bendosari Madurejo Prambanan, mengatakan bahwa P3A Maduwarih ini berdiri tahun 1995, dalam perjalanan P3A Maduwarih terus berjuang menjadi pahlawan pangan, P3A Maduwarih mempunyai sumber utama air irigasi sungai opak, dengan areal 88,04 ha yang terdiri dari 5 blok yaitu di Putihan, Dusun Kembang, Dusun Morobangun, Dusun Nggangsiran dan Dusun Nogosari dengan pemeliharaan seperti kambing, itik dan lain-lain. Evaluasi P3A Maduwarih ini juga dihadiri Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Ir. S Riyadi Martoyo, MM, Camat Prambanan Sukamto, dan Polsek Prambanan.
Dalam kesempatan tersebut Ketua Tim penilai Dedi Slamet Riyadi mengatakan bahwa evaluasi ini memang betul-betul untuk membutktikan kondisi di lapangan. Dalam evaluasi ini ada 2 tahap yaitu pertama dengan Diskusi atau pemeriksaan, dan kedua yaitu harus ditinjau dilapangan, dan muda-mudahan seperti yang dikatakan P3A Maduwarih supaya mendapat nomor yang terkecil. Ia minta bahwa lomba ini jangan sampai semata-mata hanya untuk mendapat juara yang baik dan hadiahnya, tetapi yang lebih penting adalah supaya untuk meningkatkan kegiatan P3A Maduwarih.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wabub Yuni Satia Rahayu, SS, Mhum, Bupati Sleman menyatakan bahwa Wilayah Kabupaten Sleman secara geografis merupakan penyangga sumber daya air utama di DIY, karena terletak dibagian hulu dengan ketinggian antara 100 M sedang 2.500 M diatas permukaan air laut. Kondisi topografi ini memungkinkan banyak masyarakat Sleman melakukan budidaya pertanian, baik padi, polowijo, maupun hortikultura. Hampir setengah wilayah Kabupaten Sleman dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, namun demikian tidak semua wilayah tersebut terjangkau oleh saluran irigasi yang memadai.
Areal irigasi di Kabupaten Sleman seluas 23.121 hektar, dengan rincian irigasi teknis seluas 9.996 hektar, irigasi setengah teknis seluas 8.624 hektar, irigasi sederhana seluas 3.996 hektar dan tadah hujan seluas 592 hektar. Pemkab Sleman berupaya membangun saluran irigasi tersier untuk menjangkau seluruh lahan pertanian. Karena keterbatasan anggaran, Pemkab Sleman juga berupaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam hal pembangunan dan pemeliharaan saluran irigasi.
Sumber daya air merupakan faktor penting dalam pertanian. Namun demikian, saat ini terdapat kecenderungan adanya ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang semakin menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, bukan hanya untuk sarana irigasi tetapi juga rumah tangga, industri serta keperluan lainnya. Menyadari kecenderungan tersebut, Pemkab Sleman berupaya secara sungguh-sungguh untuk mengelola sumber daya air yang ada di Kabupaten Sleman agar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat.
Untuk menghemat penggunaan sumber daya air, Pemkab Sleman senantiasa berupaya untuk menanamkan kesadaran dan membentuk pola pikir hemat air kepada seluruh warga masyarakat di Sleman, termasuk kepada para petani. Dengan kesadaran dan tumbuhnya pola pikir hemat air ini diharapkan masyarakat dan juga petani dalam menggunakan sumber daya air hanya untuk kegiatan yang bermanfaat saja, serta menghindari penggunaan air yan tidak perlu. Bahkan, upaya hemat air ini juga diimbangi dengan upaya konservasi sumber daya air sebagai langkah antisipasi dan pencegahan terhadap penurunan ketersediaan sumber daya air di masa depan.
Sedangkan untuk memelihara sarana irigasi yang sudah ada, selama tahun 2010 Pemkab Sleman memberikan dana stimulan gotong royong sebesar Rp 3,5 Milyar dan telah berhasil menggalang dana swadaya masyarakat sebesar Rp 36 Milyar lebih. Pada tahun 2011 ini, Pemkab Sleman kembali mengalokasikan dana stimulan gotong royong sebesar Rp 2 Milyar. Dana stimulan gotong royong ini, salah satu alokasinya adalah untuk stimulan pengelolaan saluran irigasi. Sinergi Pemerintah dan masyarakat juga terbangun, sehingga saluran-saluran irigasi yang dibangun baik oleh pemerintah maupun swadaya tetap dapat terpelihara dengan baik.
Pada tahun 2010 lalu, tercatat sejumlah 25 Gabungan P3A dan 441 P3A di Sleman. Pemkab sleman senantiasa berupaya untuk melakukan pembinaan untuk mendukung dan meningkatkan kemandirian P3A di Sleman. Pembinaan dilakukan dalam bentuk pelatihan teknis maupun yang bersifat sosialisasi peraturan yang terkait dengan sumber daya air, irigasi dan pemberdayaan P3A sendiri.
Selain penyelenggaraan pelatihan, Pemkab Sleman juga memberikan bantuan berupa pendanaan bagi pembangunan dan pemeliharaan saluran irigasi sampai ke jaringan tersier. Untuk meningkatkan pengetahuan organisasi bagi pengurus P3A, Pemkab Sleman melalui Dinas SDAEM secara rutin menyelenggarakan studi banding bagi P3A se-Kabupaten Sleman secara bergiliran. Hasil studi banding ini ternyata mampu memberikan tambahan wawasan bagi para pengurus P3A untuk mengembangkan kelompoknya. Saat ini kelompok P3A di Sleman telah mampu menciptakan kegiatan-kegiatan kreatif untuk menunjang produktivitas kelompok.
Salah satu kelompok P3A yang memiliki kegiatan dinamis adalah P3A Madu Warih Desa Madurejo Kecamatan Prambanan, yang anggotanya adalah para petani padi , polowijo, dan holtikultura. P3A Madu Warih telah mengembangkan budidaya padi sistem SRI ( System of rice intensification ). Kelompok P3A Madu Warih ini telah sukses mengelola kebutuhan air tanaman padi dengan sistem SRI yang hemat air melalui sistem irigasi yang baik dan tidak tergantung pada air hujan saja. Hasilnya, tanaman padi dapat ditanam tidak hanya dimusim hujan saja serta hasil panennya semakin meningkat baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya.
Hasil yang telah dicapai dalam mewujudkan organsiasi P3A yang sehat dan mandiri serta meningkatkan produktivitas lahan pertanian ini, tidak lain adalah hasil jerih payah dan kerbersamaan para petani anggota P3A dan pemerintah kabupaten Sleman.
Bupati Sleman berharap bahwa penilaian P3A Tingkat Nasional ini merupakan salah satu bentuk evaluasi bukan saja bagi kelompok P3A Madu Warih secara khusus tetapi juga bagi Pemerintah Kabupaten Sleman dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani.