Berbagai program bantuan langsung yang selama ini diberikan oleh Pemkab Sleman dinilai mampu memberikan keringanan bagi masyarakat miskin di Sleman. Namun, program bantuan langsung ini belum bisa mengangkat pemberdayaan masyarakat sehingga penanggulangan kemiskinan hanya berupa program bantuan saja.Sementara dalam menyelesaikan persoalan kemiskinan diperlukan upaya yang bersifat sustainability dengan tujuan memutus rantai kemiskinan yang bersifat turunan atau warisan dari keluarga.
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa yang sekaligus Ketua Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TPKD) Sleman menyampaikan perlu adanya perubahan skema dalam program bantuan bagi masyarakat tidak mampu sehingga dapat mendukung peningkatan pemberdayaan masyarakat khususnya di Sleman.Gagasan tersebut, kemudian ditindaklanjuti melalui kerjasama Pemerintah Kabupaten Sleman dengan perguruan tinggi Amikom Yogyakarta untuk memberikan beasiswa kepada anak – anak yang berasal dari keluarga tidak mampu untuk melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi. Harapannya, anak – anak dari keluarga tidak mampu memiliki kesempatan mendapatkan bekal pengetahuan yang cukup, sehingga dapat memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang lebih baik.
“Kami melakukan pendataan terhadap, mohon maaf, masyarakat tidak mampu meliputi kondisi yang sekarang, pekerjaan dan jumlah anak beserta pendidikannya. Terdapat 9.000 anak rentan (miskin) dengan pendidikan lulus SMA/SMK di Sleman. Kemudian kita tawarkanlah program beasiswa JPS melalui pendamping PKH,” jelas Danang saat ditemui dalam kegiatan penggalian potensi mahasiswa jalur beasiswa di Kampus Amikom Yogyakarta, Sabtu (24/9).
Dari proses yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman, saat ini sebanyak 161 anak dari KPM PKH di Sleman telah resmi diterima menjadi mahasiswa perguruan tinggi Amikom Yogyakarta dengan jaminan beasiswa hingga lulus. Seluruh anak penerima beasiswa tersebut tengah mengikuti kegiatan penggalian potensi mahasiswa khusus jalur beasiswa Pemkab Sleman yang dihadiri secara langsung oleh Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa sebagai bentuk dukungan dan motivasi bagi para penerima beasiswa.
Hendratmojo menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari program Gerakan Tanam Kopi Indonesia (Gertaki) yang telah dicanangkan oleh Menteri Pertanian pada bulan Januari lalu. Dikatakan ada sebanyak 50 ribu benih tanaman kopi, atau setara dengan 50 hektar, yang diserahkan oleh Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian kepada Pemerintah DIY yang akan ditanam di area lereng gunung Merapi.
“Seperti kita ketahui, tanah yang mengandung debu vulkanik itu membawa material organik yang dapat mendukung dan merangsang pertumbuhan tanaman, termasuk tanaman kopi,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Ir. Sugeng Purwanto, menyebut hal tersebut sesuai dengan target Pemerintah DIY yang akan menjadikan wilayah Sleman utara sebagai sentra tanaman kopi. Sebab menurutnya, produk kopi DIY saat ini baru bisa memenuhi 10 persen dari kebutuhan dan konsumsi kopi di DIY. Maka dirasa perlu dilakukan perluasan lahan tanaman kopi di DIY guna memenuhi permintaan kebutuhan kopi tersebut.
“Di tahun 2023 akan ada lagi bantuan 500 ribu benih kopi dari Kementerian Pertanian yang akan di tanam di lereng Merapi,” jelasnya.
Sementara itu, Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menerangkan bahwa kopi robusta lebih banyak berkembang di Kabupaten Sleman daripada jenis Arabica. Pada tahun 2021, luas area tanaman kopi arabica mencapai 36,6 Ha, dengan produksi sebesar 17,8 ton biji kering yang tersebar di wilayah Cangkringan, Turi dan Pakem. Sedangkan untuk kopi robusta memiliki luas area tanaman mencapai 217,95 Hadengan jumlah produksi lebih dari 67,24 ton biji kering yang tersebar di 12 Kapanewon dengan populasi terbanyak berada di Kapanewon Cangkringan.
“Kami berharap dengan adanya perluasan lahan tanaman kopi, maka produksi kopi Sleman dapat semakin meningkat sehingga juga berkorelasi terhadap peningkatan pendapatan para petani kopi di Sleman,” kata Kustini.
Lebih lanjut ia melaporkan pada tahun 2022 ini Pemkab Sleman memperoleh bantuan dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian untuk pengembangan kopi robusta di Kabupaten Sleman seluas 50 Ha berupa bibit kopi robusta dan pupuk organik. Bantuan ini akan didistribusikan kepada 20 kelompok calon penerima yang tersebar di wilayah Cangkringan, Pakem dan Turi.