I. Hasil Pemantauan
Berdasarkan pengamatan Badan Geologi yang dilakukan pukul 00:00-12:00 WIB erupsi masih berlangsung meski dengan intensitas yang menurun.
Berikut disajikan rangkuman hasil pemantauan terkini, meliputi data pemantuan secara instrumental dan visual.
1. Kegempaan
Berdasarkan hasil pemantauan kegempaan diperoleh jumlah kegempaan sebagai berikut:
Jenis Gempa | 17 Nov 2010 | 18 Nov 2010 | 19 Nov 2010 |
00-24 WIB | 00-24 WIB | 00-12 WIB | |
Vulkanik | 22 | 57 | 7 |
MP | - | - | - |
LF | - | - | - |
Tremor | beruntun | beruntun | beruntun |
Guguran | 8 | 6 | 4 |
AP(Awan Panas) | - | 1 | - |
Tektonik | 3 | 2 | 1 |
2.Deformasi
Data dari tiltmeter menunjukkan deformasi yang fluktuatif namun tidak menunjukkan adanya inflasi (penggembungan) yang signifikan. Pemantauan deformasi dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) geodetik menunjukkan adanya deflasi (penurunan di kaki G. Merapi sebelah tenggara.
3.Visual
Petugas dari pos pengamatan G. Merapi melaporkan, cuaca sejak dini hari hingga siang hari selalu diselimuti kabut tipis hingga pekat, mendung dan terjadi hujan dengan intensitas rendah hingga sedang. Saat kabut tipis, puncak G. Merapi dapat terlihat samar, dengan penampakan visual, sebagai berikut:asap solfatara berwarna putih hingga kecoklatan tebal dengan tinggi maksimum 600 m bertekanan lemah hingga sedang condong ke Barat hingga Barat daya teramati dari pos Tempel dan Ketep. Terjadi hujan abu tipis pada pukul 01:28 WIB dan 06:10 WIB di Ketep.
Dari CCTV Deles dan Museum terekam cuaca kabut sejak dini hari hingga siang hari. Terekam asap solfatara keabuan hingga kecoklatan bertekanan lemah dengan tinggi maksimal 80 m condong ke Barat hingga Barat Daya
II. Awas Lahar
Secara umum, endapan lahar telah teramati di semua sungai yang berhulu di puncak G. Merapi dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, hingga Barat Laut, meliputi K. Woro, K. Gendol, K. Kuning, K. Boyong, K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat, K. Senowo, K. tringsing, dan K. Apu.
III. Kesimpulan
Berdasarkan pemantauan instrumental dan visual, aktivitas G. Merapi masih tinggi. Maka stastus aktivitas G. Merapi pada tingkat AWAS (Level 4). Ancaman bahaya langsung erupsi G. Merapi berupa awanpanas dan ancaman tidak langsung berupa lahar.
Terhitung tanggal 19 November 2010 pukul 12:00 WIB, wilayah yang aman bagi para pengungsi adalah sebagai berikut: Kab. Sleman: sebelah timur K. Boyong di luar 15 km, sebelah Barat K. Boyong di luar 10 km dari puncak G. Merapi, Kab. Magelang di luar 10 km dari puncak G. Merapi, Kab. Boyolali di luar 5 km dari puncak G. Merapi. Kab Klaten di luar 10 km dari puncak G. Merapi.
IV. Rekomendasi
Sehubungan masih tingginya aktivitas vulkanik G. Merapi dan status masih ditetapkan pada level Awas, maka direkomendasikan sebagai berikut:
1. Agar dilakukan penyelidikan abu gunungapi yang dapat berpotensi mengganggu jalur penerbangan dari dan ke Lapangan Udara Internasional Adisucipto di Yogyakarta.
2. Tidak ada aktivitas penduduk di sekitar alur sungai (ancaman bahaya awanpanas dan lahar) yang berhulu di G. Merapi sektor Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Baratlaut meliputi, K. Woro, K. Gendol, K. Kuning, K. Boyong, K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat, K. Senowo, K. Trising, dan K. Apu.
3. Ancaman bahaya erupsi G. Merapi untuk masing-masing wilayah kabupaten sebagai berikut:
No | Kabupaten | Ancaman Bahaya Erupsi G. Merapi dalam radius dari puncak (km) | |
1 | Sleman | Sebelah Barat K. Boyong | 10 |
Sebelah Timur K. Boyong | 15 | ||
2 | Magelang | 10 | |
3 | Boyolali | 5 | |
4 | Klaten | 10 |
Ancaman bahaya lahar adalah wilayah yang berada pada jarak 300 m dari bibir semua sungai yang berhulu di puncak G. Merapi dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat hingga Barat Laut meliputi, K.Woro (Kab. Klaten), K.Gendol, K. Kuning, K. Boyong (Kab. Sleman), K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K.Lamat, K. Senowo, K.Trising (Kab. Magelang) dan K.Apu (Kab. Boyolali)
4. Masyarakat di sekitar G. Merapi agar senantiasa mengikuti arahan dari PemerintahKabupaten setempat dalam upaya penyelamatan diri dari ancaman bahaya erupsi G. Merapi.
5. Untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kawasan landaan awanpanas, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat.
6. Masyarakat diminta tidak panik dan terpengaruh dengan isu yang beredar mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas G. Merapi dan tetap mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat yang selalu berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
7. Pemerintah daerah diharapkan melakukan diseminasi tentang aktivitas terkini G. Merapi yang disampaikan dalam laporan ini.