1
Aug
Perajin Sleman tak hanya memproduksi kerajinan yang berbahan baku bambu, serat alam maupun mendong. terdapat beberapa perajin yang memproduksi dompet, tas dan barang lainnya yang berbahan baku kulit ikan pari, biawak, ular, maupun kulit sapi. seperti yang dikerjakan oleh Sri Sulasmi, 44 tahun seorang warga Godean. Usaha kerajinan kulit ikan pari tersebut ditekuninya sejak 2009. Sebelumnya Sri Sulasmi dan suami berusaha di bidang pengecoran logam dan kerajinan sandal sepatu. Keterampilan membuat dompet diperolehnya dari jurusan bahan kulit, karet dan plastik akademik teknologi kulit Jogja. berbagai produk seperti tas, dompet untuk laki-laki maupun perempuan mampu dikerjakannya. Kulit ikan pari didatangkan dari Kalimantan. Harga produk tas berkisar hingga 1 juta, sedangkan dompet berkisar antara dari 200rb-450rb. Dompet untuk laki-laki berkisar 95 hingga 240 ribu rupiah. edangkan dompet dengan bahan kulit biawak harganya lebih murah yaitu untuk dompet laki-laki 70 hingga 80 ribu sedangkan untuk perempuan antara 115 hingga 200 ribu rupiah.
Pemasarannya kerajinan dompet ini sebagian untuk grosir di daerah Jawa Timur, Jawa Barat dan Kalimantan. karyawan dari kerajinan ini merupakan warga sekitar. omset dari usaha tersebut menurut Sri Sulasmi bisa mencapai 25 hingga 30 juta rupiah perbulannya.***
9
Jul
Pada pelaksanaan Pilpres 2014, Bupati Sleman Drs. H. Sri Purnomo, MSI beseta Istri, dua anaknya, menantu dan keponakan Rabu pagi sekitar pukul 09.00 WIB, menyampaikan hak suaranya di TPS 26 Dusun Jaban, Tridadi,Sleman bersama keluarganya. Ditempat ini Bupati dan rombongan mengantri sejenak karena memang suasana sepi dan antrian tidak banyak sehingga langsung dapat menggunakan hak pilihnya. Untuk Pilpres ini pelaksanaan berlangsung cepat tidak seperti pada pileg karena jumlah yang dipilih cuma 2 pasang. TPS 26 ini memanfaatkan rumah Kadus Jaban dengan jumlah pemilih 346 terdiri dari laki-laki 178 dan perempuan 168. Sementara itu Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu, SS. M.Hum beserta suami, Muh Yamin melakukan pencoblosan di TPS no.16 dusun Pugeran RT.09/RW.65 Desa Maguwoharjo Depok Sleman.
Usai melakukan pencoblosan Bupati dan Wakil Bupati bersama Sekda, Assekda, Bawaslu dan Pimpinan SKPD melakukan pemantauan pelaksanaan Pilpres di wilayah Sleman. Pantauan yang dilakukan meliputi wilayah Balecatur Gamping, Purwomartani Kalasan dan Wedomartani Ngemplak. Di Balecatur rombongan diterima Camat Gamping dan Kades Balecatur mengunjungi TPS 14 Ngaran Balecatur Gamping dengan jumlah pemilih 495 dan sampai jam 11.00 telah mencapai 343 pemilih yang menggunakan hak pilihnya. Selanjutnya rombongan menuju SD Purwobinangun Juwangen Purwomartani Kalasan yang digunakan untuk TPS 60. Di tempat ini jumlah pemilih 278 dan sampai dengan jam 12.00 yang menggunakan hak pilih mencapai 217 orang.
Terkait dengan pemilih yang menggunakan hak pilihnya diluar daerahnya, Bupati berharap ke depan aturan dapat dipermudah sehingga semua warga negara bisa menggunakan hak pilihnya dengan mudah menggunakan KTP karena saat ini KTP juga sudah on line secara nasional. Dalam kesempatan ini Bupati Sleman menyampaikan secara keseluruhah hasil pantauan pelaksanaan pilpres dapat berjalan lancar, warga antusias menggunakan hak pilihnya dan berharap sampai perhitungan selesai tidak terjadi permasalahan dan suasana di Sleman dapat kondusif, aman dan damai. Siapapun yang menang kita terima karena itu memang sudah pilihan rakyat dan yang menang tidak terlalu berlebihan dalam merayakan kemenangannya dan yang kalah tentu tidak perlu terlalu bersedih karena masih dapat menyumbangkan kemampuannya dan masih mempunyai kesempatan yang akan datang.
Pantauan diakhiri di TPS 6 dan 7 Saren Wedomartani Ngemplak. Di TPS 6 jumlah pemilih 290 orang dan yang telah menggunakan hak pilihnya 252 orang. Ditempat ini ada warga yang menggunakan form A 5 sebanyak 4 pemilih dan menggunakan KTP setempat karena belum terdaftar 5 orang. Sementara di TPS 7 jumlah pemilih 242 orang dan yang menggunakan hak pilihnya mencapai 225 orang. ***
13
Sep
JAKARTA, KOMPAS.com - Pendidikan tinggi dirasakan semakin elitis bagi masyarakat dari kalangan tidak mampu. Biaya kuliah yang semakin tinggi jadi hambatan utama bagi orang miskin untuk bisa duduk di bangku kuliah dan meraih gelar sarjana.
Kenyataan itu terlihat dari kajian disparitas angka partisipasi kasar (APK) berdasarkan latar belakang ekonomi siswa. Dengan melihat data sensus penduduk nasional tahun 2003-2008, disparitas APK perguruan tinggi antara siswa yang berasal dari keluarga kaya dan miskin sangat tinggi.
Akses orang termiskin duduk di jenjang perguruan tinggi di tahun 2008 baru mencapai 4,19 persen. Adapun akses orang terkaya sudah mencapai 32,4 persen.
“Pada tahun 1980-1990an orang miskin yang kuliah jumlahnya bisa di atas 10 persen. Berarti kondisi sekarang semakin memprihatinkan bagi orang yang tidak punya duit alias miskin,” kata Pengamat Pendidikan Darmaningtyas, Minggu (12/9/2010).
Menurut Darmaningtyas, akses masuk ke bangku kuliah di kalangan siswa miskin semakin menurun drastis memasuki tahun 2000-an. Pasalnya, di masa itu perguruan tinggi negeri mulai membuka jalur-jalur masuk khusus, yang pada kenyataannya lebih mudah diakses siswa kaya.
Oleh karena itu, pendidikan tinggi sekarang, terutama PTN, mesti berbiaya murah. Untuk itu, pemerintah harus meningkatkan alokasi anggaran di pendidikan tinggi.
Selain itu, penerimaan mahasiswa mesti terbuka dan serentak. Jangan sampai ada hambatan teknologi buat siswa dari daerah terpencil dengan diberlakukannya sistem masuk online.
sumber http://edukasi.kompas.com/read/2010/09/12/20195468/Pendidikan.Tinggi.Elitis-14