Pembinaan dan pelatihan cara penanggulangan bencana harus dimulai sejak dini. Diperlukan kesiapsiagaan semua pihak menghadapi bencana sebagai langkah strategis dalam pengurangan resiko bencana, tidak terkecuali di lingkungan sekolah. Hal tersebut disampaikan Bupati Sleman dalam  sambutan yang dibacakan oleh Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Dra. Suyamsih M.Pd pada acara Gladi Lapang Pembentukan Sekolah Siaga Bencana (SSB) di SMP N 2 Ngaglik pada Jumat (10/2)

Lebih lanjut Bupati menyampaikan bahwa pelajar juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi bencana dengan harapan kesiapsiagaan tersebut dapat bermanfaat dalam mengantisipasi dan meminimalisir jatuhnya korban jiwa.”Mitigasi bencanaharus diperkenalkan dan diajarkan di bangku sekolah, bahkan sejak jenjang yang paling bawah. Siswa-siswa sangat perlu diberi pemahamandan pembinaan bagaimana cara penanggulangan dan mitigasi bencana”, kata Bupati..

Terkait dengan kesiapsiagaan penanganan bencana bagi warga sekolah, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Drs. Joko Supriyanto M.Si., menyampaikan bahwa saat ini Sleman telah membentuk  46 SSB. Pembentukan SSB tersebut menurutnya bertujuan untuk mempersiapkan kesiapsiagaan dan keterampilan warga sekolah dalam menghadapi bencana. Mengingat Kabupaten Sleman memiliki 7 potensi ancaman bencana seperti erupsi Gunung Merapi, banjir, puting beliung/angina kencang, tanah longsor, kekeringan, kebakaran, dan gempa.

Joko menambahkan bahwa SSB juga didukung dengan sister school, seperti yang nampak dalam gladi lapang pembentukan SSB SMP N 2 Ngaglik. Dalam gladi lapang tersebut diskenariokan sedang terjadi erupsi Merapi dan koordinasi dilakukan antar lintas sektor. Kepala Sekolah SMP N 2 Ngaglik mengumpulkan Tim Siaga sekolah untuk mengecek kesiapan masing-masing dan mengevakuasi 381 siswa ke titik kumpul aman yang kemudian menginstruksikan siswa tetap menjalani KBM seperti biasa karena menurut peta KRB, SMP N 2 Ngaglik berjarak lebih kurang 20 Km dari puncak Gunung Merapi sehingga dalam status SSB SMP N 2 Ngaglik berperan sebagai sekolah penyangga dengan ‘sedulur’ SMP N 2 Pakem. Dalam gladi tersebut pihak SMP N 2 Pakem melakukan koordinasi dengan SMP 2 Ngaglik untuk mengevakuasi 110 siswanya yang diantaranya 12 mengalami trauma dan 2 luka parah dan kemudian melaksanakan kegiatan KBM di SMP N 2 Ngaglik selama status bahaya Erupsi Merapi belum dinyatakan aman.

Sehari sebelumnya BPBD Kabupaten Sleman juga mengukuhkan SMK N 1 Depok sebagai SSB dan menjadi sekolah penyangga bagi SMA N 2 Ngaglik. “Pembentukan SSB ini juga untuk membuat dokumen rencana kontinjensi sebagai pedoman dan ketugasan masing-masing tim jika bencana terjadi dan membuat kesepakatan bersama antara sekolah terdampak dengan sekolah penyangga”, tambah Joko.