Berantas DBD, Pemkab Sleman Kerahkan Pasukan Nyamuk ber-Wolbachia
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang diakibatkan oleh Nyamuk Aedes Aegypti saat ini cukup memprihatinkan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Mafilindati Nuraini menyampaikan bahwa kasus DBD banyak terjadi di daerah dengan populasi dan mobilitas penduduk yang tinggi. Seperti halnya di Sleman, tahun 2016 ini Kecamatan Depok sebagai kecamatan dengan populasi penduduk terbanyak di Sleman menduduki peringkat pertama kasus DBD.
“Kecamatan Depok sebagai kecamatan dengan penduduk terpadat di Sleman menjadi peringkat pertama dengan 123 kasus DBD. Disusul Godean dengan 109 kasus, Gamping 97 kasus, Kalasan 96, dan Mlati 70 kasus”, kata Linda dalam audiensi Wakil Bupati Sleman dengan Project Leader EDP di ruang kerja Wakil Bupati Sleman pada Kamis (16/12).
Melihat keprihatinan akan kasus DBD tersebut Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun menyampaikan bahwa Pemkab Sleman sejak tahun 2014 telah bekerjasama dengan Eliminate Dengue Project (EDP) sebagai program kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dengan mengembangkan metode alami untuk mengurangi penyebaran virus dengue menggunakan bakteri Wolbachia.
“Dari evaluasi penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa bakteri Wolbachia mampu menurunkan atau menghambat penularan virus dengue. Saya berharap penelitian ini dapat terus dilanjutkan dan dapat diaplikasikan di seluruh wilayah Sleman sebagai upaya mengantisipasi dan menurunkan penularan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes Aegypti”, jelas Muslimatun.
Prof . dr. Adi Utarini, M.Sc., MPH., PhD selaku Project Leader EDP-Yogya menjelaskan bahwa Wolbachia merupakan bakteri alami yang terdapat pada lebih dari 60% jenis serangga seperti kupu-kupu, lalat buah, capung, kumbang, dan sebagian nyamuk yang menggigit manusia. “Wolbachia aman bagi manusia, hewan dan lingkungan. Bakteri ini mampu menekan replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga diharapkan dapat menurunkan kemampuan nyamuk untuk menularkan DBD dari satu orang ke orang lain”, kata Utarini.
Utarini mengatakan bahwa dalam penelitian yang dilakukan dengan pelepasan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia di wilayah Nogotirto dan Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman pada bulan Januari-Juni 2014 didapatkan hasil bahwa nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia mampu berkembang biak di lingkungan alaminya namun tidak mampu menyebar dan berkembang biak di luar wilayah pelepasan. Bakteri tersebut terbukti mampu menghambat perkembangan virus dengue dan tidak ada bukti penularan lokal ketika frekuensi Wolbachia di populasi nyamuk Aedes Aegypti mencapai tingkat yang tinggi.
Dari hasil penelitian di kedua wilayah tersebut didapatkan hasil yang cukup signifikan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman kasus DBD pada tahun 2013 di Desa Trihanggo sebanyak 21 kasus dan Nogotirto sebanyak 19 kasus. Setelah dilepaskan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia pada awal 2014 jumlah kasus DBD menurun hanya terjadi 2 kasus di Desa Trihanggo saja. Pada 2015 hingga 2016 tidak ditemukan adanya kasus DBD di kedua wilayah tersebut.