Raungan sirine sebanyak 20 mobil ambulan menggegerkan Sleman wilayah utara pada Sabtu siang (29/10). Dengan membawa 20 korban, ambulan-ambulan tersebut satu persatu berpusat menjadi satu menuju Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Sleman. Aktivitas ini merupakan rangkaian acara gladi lapang dan seminar Implementasi Hospital Disaster Plan, Code Blue, dan Sistem Triase yang diselenggarakan oleh RSUD Sleman bekerjasama dengan Pusbankes 118 dan PERSI DIY.

Direktur RSUD Sleman dr. Joko Hastaryo, M.Kes menyampaikan bahwa Hospital Disaster Plan (HDP) sebagai suatu perencanaan penyiagaan bencana menyangkut tugas pokok unit terkait serta petugas penanggung jawab baik internal maupun eksternal saat bencana terjadi. Menurutnya rumah sakit menjadi salah satu unsur penting dalam penanggulangan bencana terutama pada kegiatan tanggap darurat bencana dengan IGD sebagai unit terdepannya. “Para petugas tersebut tentunya juga harus dibekali pemilahan terhadap korban bencana (Triase) berdasarkan keadaan ABC (Airway, Breathing, dan Circulation)”, kata Joko.

Sementara itu Ketua Pusbankes 118 DIY dr. Hendro Wartatmo, Sp.BD menjelaskan bahwa Pusbankes 118 sebagai organisasi ambulan gawat darurat se-DIY melaksanakan kegiatan gladi rutin dua kali setahun sebagai upaya menjaga dan meningkatkan kapasitas SDM. Berkaca dari kejadian erupsi Merapi tahun 1994 dimana dalam penanganan bencana pada waktu itu respon penanganan medis rumah sakit se DIY kurang terkoordinasi. Sehingga pada tahun 1996 dibentuk Pusbankes 118 sebagai upaya kerjasama untuk mempermudah koordinasi seluruh rumah sakit di DIY jika bencana terjadi.

Lebih lanjut Hendro menambahkan bahwa HDP menentukan kualitas pelayanan rumah sakit pada masa respon bencana. Menurutnya respon pelayanan yang bagus akan menghasilkan dampak yang bagus pula seperti menurunnya morbiditas dan mortalitas korban bencana.“Dalam gladi tersebut kami mensimulasikan penanganan jika bencana terjadi bagaimana proses evakuasi pasien dari lapangan ke rumah sakit melalui ambulan. Kami juga mengecek fasilitas yang ada dalam mobil ambulan peserta, apakah sudah sesuai standar yang ditentukan atau belum dan kami lombakan. Hal ini untuk memotivasi para peserta agar selalu meningkatkan pelayanan ambulan sesuai standar”, jelas Hendro.

Joko Anggono S.Kep. Ners selaku ketua panitia mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti 37 Ambulan dari Rumah Sakit se DIY dan sebagian Jateng dengan peserta lebih dari 250 orang tersebut  berlangsung selama dua hari 29-30 Oktober di RSUD Sleman diawali dengan seminar di Auditorium RSUD Sleman dan hari kedua dilanjutkan di Huntap Pagerjurang, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman. “Diharapkan melalui seminar ini para peserta dapat bersama-sama mengetahui dan berdiskusi pengalaman dalam membuta dan mengembangkan HDP”, kata Anggono.