“Melalui Peringatan Tahun Baru Hijriyah Tahun 1438 H, kita Jadikan Bulan Muharrom sebagai Bulan Evaluasi dalam Kehidupan Beragama di Tengah Masyarakat”.Kondisi masyarakat Kabupaten Sleman yang sangat heterogen, di satu sisi menjadi kekayaan sumber daya manusia kita, di sisi lain memiliki konsekuensi di bidang ketentraman dan ketertiban umum, dimana dinamikanya sangat tinggi dan mengandung potensi konflik. Selain itu, di bidang pemerintahan umum saat ini juga masih terdapat konflik sosial dan konflik SARA di masyarakat. Hal tersebut disampaikan wakil bupati sleman Dra. Sri Muslimatun,M.Kes  saat memberi sambutan pada acara pengajian pembinaan rohani bagi PNS pemkab Sleman dan kalangan TNI/Polri di Maasjid Agung Soedirohusoedo Selasa {11-10}.

Sebagai anggota masyarakat, pegawai Pemerintah Kabupaten Sleman berasal dari masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Sesuai pedoman etika bermasyarakat maka pegawai Pemerintah Kabupaten Sleman sudah selayaknya siap mewujudkan pola hidup sederhana, tanggap keadaan lingkungan masyarakat, berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat, memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, dan menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian.

Dalam hal ini, pegawai dalam kehidupannya di tengah masyarakat selayaknya menjadi figur yang dapat diteladani dan dapat membimbing, sehingga apa yang diperbuat akan dipercaya dan dicontoh oleh masyarakat. Selain itu mereka sangat berperan dalam membina umat beragama dengan pengetahuan dan wawasannya sehingga mampu menularkan sikap saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama.

Lebih lanjut disampaikan baahwa pengertian hijrah ada dua, yaitu hijrah fisik dan hijrah maknawiyah. Hijrah fisik adalah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah, hijrah maknawiyah adalah berpindah dari kegelapan menuju terang benderang, dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari kebodohan menuju kepandaian, dari kemalasan menuju kerajinan, dari kekafiran menuju keimanan, dari kemusyrikan menuju ketauhidan, dari kekufuran menuju kesyukuran, dari kehinaan menuju kehormatan.

Pada kesempatan tersebut wakil bupati slman mengajak Peringatan Tahun Baru Hijriyah kali ini kita jadikan tonggak awal revolusi mental pegawai Pemerintah Kabupaten Sleman untuk membangun sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan semangat Tahun Baru Hijriyah pegawai diajak untuk berhijrah atau berpindah dari sifat/tempat yang buruk ke sifat/tempat yang lebih baik sehingga dapat menjadi pegawai-pegawai yang ber-ahklak mulia, suri tauladan yang baik dan menjadi penerang baik dalam memberikan pelayanan publik di lingkungan pekerjaan maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan  Ustads KH. Muhammad Syaebani, MA dalam tausiahnya antara lain menyapaikan bahwa penyakit yaang paling sulit dan bahkan belum ada obatnya adalah penyakit mata , yaitu mata duitan. Untuk itu diharapkan masyarakat lebih banyak dzikir dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa, agaar terhindar dari penyakit mata tersebut. Lebih Lnjut disampaikan bahwa disamping penyakit mata masih ada lagi penyakit  yaaitu penyakit kurang bersyukur, karen kebanyakan orang masih meraasa kurang dengan apa yang didapat.

Yang sangaat menghebohkan lagi menurut M. Syaebani saat ini orang sudah sangat akrab dengan syetan dan iblis, contohnya nama makanan saja sudah menyangkut nama iblis misalnya Bakso setan, Soto Gendruwo, Es Buto Ijo, dll. Yang tidak kalaah pentingya menurut Ustads Syaebani saat ini perlunya menjawakan orang jawa dan mengindonesiakan orang Indonesia. Karana orang jawa saat ini sudah banyak yang tidak bisa nulis dan membaca huruf jawa, bahkan nyandang jawa dan basa jawa sudah tidak bisa.