Sep
28
502 Jamaah Haji Sleman Kembali ke Tanah Air
Sebanyak 502 jamaah haji Kloter 23 SOC, 24 SOC, dan 25 SOC asal Kabupaten Sleman kembali ke Tanah Air dan diterima jajaran Forkompimda Kabupaten Sleman di Masjid Agung Sleman Selasa (27/9). Jumlah jamaah tersebut berkurang satu orang dari kloter 24 SOC atas nama Djumirah Karto Temon (81) jamaah asal Pogung Selatan, Kecamatan Mlati, Sleman yang meninggal dunia saat menjalankan ibadah haji di Tanah Suci.
Kepala Bagian Kesra Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Drs. H. Hery Pustopo MM., M.Sc., menyampaikan bahwa kloter 23 SOC dengan 116 jamaah haji menjadi kloter jamaah haji yang pertama kali tiba di Sleman pada pada pukul 07.30 WIB. Sedangkan klloter 24 SOC dengan 33 jamaah haji tiba pada 17.30 WIB yang disusul 353 jamaah haji kloter 25 SOC yang tiba pada pukul 23.00 WIB. Sedangkan untuk Kloter 27 SOC dan 29 SOC akan tiba di Sleman pada Rabu dan Kamis 28 dan 29 September.
Ketua DPRD Kabupaten Sleman Haris Sugiharta dalam sambutan pemulangan haji yang dibacakan oleh anggota DPRD Komisi C Aris Suranto berharap setelah selesai menunaikan ibadah haji, para jamaah dengan predikat haji maupun hajjah yang disandang harus menunjukkan teladan bagi umat Islam disekitar lingkungan tempat tinggal.
“Selain itu saya berharap ibu atau bapak juga dituntut untuk semakin peduli dengan sesama umat lapisan bawah serta mau menolong orang-orang miskin. Salah satu tanda haji mabrur adalah bahwa hal itu nampak diakhirnya yakni jika ia pulang menjadi lebih baik dari sebelumnya”, jelas Haris.
Haris menambahkan bahwa menunaikan ibadah haji merupakan masa-masa mendekatkan diri dan mengisi hari-hari dengan ibadah kepada Allah SWT. Ketaatan kepada Allah tersebut tidak hanya dilakukan saat ibu/bapak berada di Baitullah namun dilanjutkan setelah pulang ke tanah air dan di keluarga.
“Saya mengajak marilah kita bersama-sama tetap konsisten dalam keta’atan. Istiqamah dalam keta’atan merupakan kunci keberuntungan untuk hari akhir. Janganlah anda menjadi seperti orang-orang yang tidak pernah mengingat keta’atan kecuali hanya pada musim-musim tertentu, dan apabila musim itu telah berlalu, mereka kembali kepada kondisi sebelumnya”, tambah Haris.