Apr
29
Sleman Kukuhkan Tamanmartani Menjadi Kampung Siaga Bencana
Dalam rangka memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang bahaya dan resiko serta penanggulangan bencana, Pemerintah Kabupaten Sleman bersama Dinas Sosial DIY membentuk Kampung Siaga Bencana (KSB) di Desa Tamanmartani, Kalasan, Sleman pada Kamis (28/4). Acara diawali dengan simulasi bencana gempa bumi melibatkan kurang lebih 200 orang dari unsur aparatur desa serta warga masyarakat serta dilanjutkan dengan pengukuhan 60 orang tim KSB oleh Bupati Sleman.
Kepala Dinas Sosial DIY Drs. Untung Sukaryadi, MM yang hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwa maksud pembentukan KSB di Desa Tamanmartani adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat dengan cara menyelenggarakan penanggulangan bencana berbasis masyarakat. “Pembentukan KSB ini bertujuan agar masyarakat dapat secara mandiri siap siaga bila sewaktu-waktu bencana terjadi dengan melakukan koordinasi tim KSB yang sudah dibentuk dan memanfaatkan potensi yang ada dalam penanggulangan bencana”, kata Untung.
Untung juga mengatakan bahwa KSB yang dibentuk dilengkapi dengan gardu sosial sebagai tempat pertemuan maupun koordinasi rencana tindakan yang akan dilakukan tim KSB serta sebagai tempat menyimpan dokumen kebencanaan. Untung juga menambahkan bahwa lumbung sosial juga disediakan sebagai tempat penyimpanan bantuan logistik serta penyimpanan shelter kit berupa tenda, matras, dan velbed. “Untuk bantuan logistik makanan tentu ada kadaluwarsanya, kami harap warga melaporkan kepada Dinas Sosial jika menemukan bantuan makanan yang sudah melewati masa kadaluwarsa”, kata Untung.
Bupati Sleman Sri Purnomo dalam acara pembentukan KSB tersebut mengatakan bahwa Kabupaten Sleman merupakan kawasan rawan bencana sehingga membutuhkan masyarakat yang tangguh dan siap menghadapi bencana yang dapat terjadi kapan saja. Menurutnya pembinaan dan pembentukan KSB mutlak diperlukan di wilayah Kabupaten Sleman. ”Masyarakat merupakan penerima dampak langsung dari bencana dan sekaligus sebagai pelaku pertama dan langsung yang akan merespon bencana di sekitarnya. Maka masyarakat perlu dibekali dalam konteks pemberdayaan agar tidak hanya siap menghadapi bencana tapi juga tangguh menanggulanginya”, kata Sri Purnomo.
Sri Purnomo juga mengatakan bahwa KSB merupakan metode pendekatan penanggulangan bencana berbasis masyarakat untuk mengubah pola pikir dan pola tindak sehingga mampu mengelola kerentanan ancaman dan resiko di wilayahnya sesuai potensi lokal melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penyelenggaraan dan pengendalian. ”Selain mengembangkan kampung siaga bencana, saya berharap agar berbagai pemangku kepentingan turut serta menguatkan kapasitas lokal karena penanggulangan bencana harus dilakukan sinergis antara masyarakat, pemerintah dan swasta”, kata Sri Purnomo
. Sepanjang tahun 2015 sendiri Pemkab Sleman telah membentuk 2 kampung siaga bencana yakni Desa Umbulharjo dan Desa Wukirharjo. Selain itu juga dibentuk 4 rintisan kampung siaga bencana yaitu di Desa Tegaltirto, Desa Harjobinangun, Desa Merdikorejo, dan Desa Wonokerto.