Konsentrasi belajar para siswa SMP 2 Berbah seketika itu buyar. Bumi bergetar hebat, disambut raungan sirine dan suara kentongan pertanda adanya bencana. Dinding tiga ruang kelas nampak mulai retak dan genteng berjatuhan. “Cepat..cepat!!! semua tutupi kepala kalian dan berlindung dibawah meja”, teriak salah satu guru wali kelas siang itu. Nursidi sang Kepala Sekolah secara sigap mengumpulkan koordinator di halaman sekolah untuk mengevakuasi para siswa. Setelah suasana dirasa aman dan mendapat perintah dari para guru, tanpa pikir panjang siswa pun berlarian keluar menuju titik kumpul. Sebanyak 16 korban luka berat dan ringan tampak digendong dan dipapah dari dalam ruang kelas. Tim medis sekolah kemudian merawat para korban luka dengan peralatan P3K yang ada sebelum bantuan medis datang. Kejadian ini merupakan rangkaian acara simulasi bencana gempa bumi di SMP N 2 Berbah yang terletak di Sanggrahan, Tegaltirto, Berbah, Sleman pada Selasa (12/4).

Nursidi Winarta selaku Kepala Sekolah SMPN 2 Sleman mengungkapkan bahwa simulasi ini diikuti oleh 254 siswa kelas 7 dan 8 beserta jajaran guru sekolah. Menurutnya simulasi dilakukan karena pihak sekolah sadar bahwa wilayah Berbah termasuk dalam daerah rawan bencana sehingga jika nanti terjadi bencana gempa bumi yang sesungguhnya, pihak sekolah lebih siap dan waspada dalam menghadapi bencana tersebut. “Sebagai sekolah yang ditunjuk sebagai Sekolah Siaga Bencana, kami bekerjasama dengan BPBD Kabupaten Sleman mengadakan simulasi agar kami lebih siap jika bencana bencana benar-benar terjadi”, ungkap Nursidi.

Dalam penanganan bencana Nursidi mengungkapkan bahwa pihak sekolah membentuk lima tim yang mempunyai tugas dan peran masing-masing. Lima tim tersebut yaitu Tim Peringatan Dini, Tim Informasi dan Pendataan, Tim Kesehatan, Tim Sekolah Darurat, dan Tim Evakuasi. “Kelima tim ini saling bersinergi jika bencana benar-benar terjadi, seperti misalnya Tim Informasi dan Pendataan yang tugasnya berkoordinasi dengan tim lain untuk mendapatkan data jumlah warga sekolah pada situasi darurat, jumlah korban, kerusakan bangunan, dan lain sebagainya”, ungkap Nursidi.

Kepala BPBD Kabupaten Sleman Julisetiono Dwi Wasito SH, MM, yang juga hadi dalam kesempatan itu mengungkapkan bahwa pelaksanaan simulasi ini juga didukung oleh Yakkum Emergency Unit (YEU) Yogyakarta yang merupakan lembaga kemanusiaan yang bergerak di bidang kebencanaan baik bencana alam, sosial, dan teknologi. Juli berharap dengan adanya simulasi ini SMPN 2 Berbah mampu menjadi sekolah tangguh bencana. “Simulasi ini harus dilakukan secara berlanjut agar tercipta sekolah tangguh bencana”, ungkap Juli.

Menurut Waki Bupati Sleman, Sri Muslimatun mengungkapkan bahwa Hingga bulan Maret 2016 ini telah terbentuk 13 sekolah siaga bencana dan 20 sister school di Kabupaten Sleman. Muslimatun berharap berharap sekolah-sekolah dari jenjang terbawah di Kabupaten Sleman juga dapat segera dikembangkan sebagai sekolah siaga bencana, mengingat pentingnya mitigasi bencana melalui kesiapsiagaan. Dalam kesempatan tersebut Wakil Bupati juga Melantik sebanyak 40 guru dan siswa sebagai pengurus Sekolah Siaga Bencana.

Melalui program sekolah siaga bencana, guru-guru dan siswa nantinya mampu menjadi agen maupun pelaku dalam penanggulangan bencana yang harapannya, juga mampu secara aktif menggerakkan masyarakat di lingkungannya”, ungkap Muslimatun.