Minimalisir Bencana, Sleman Tambah 3 Early Warning System
Sebanyak 2 orang mengalami luka parah , dua rumah tertimbun tanah dan belasan orang mengalami luka ringan akibat tanah longsor yang terjadi di Sambirejo Prambanan Kamis 3 Maret 2016. Dua orang yang mengalami luka parah akibat tertimbun bebatuan dan tanah longsor tersebut berhasil dievakuasi warga meskipun memakan waktu cukup lama.
Dua korban yang tertimbun tanah dan bebatuan tersebut mengalami luka yang cukup parah, karena tertimbun tanah dan batu yang cukup besar. Luka yang dialami dua korban tersebut patah kaki dan tangan lamanya evakuasi membuat keduanya hampir tidak sadarkan diri, lamanya evakuasi karena hanya menggunakan alat manual.
Bencana tanah longsor tersebut diakibatkan hujan lebat yang terus menerus selama tiga jam yang terjadi di sekitar wilayah Sambirejo Prambanan. Disamping menimbulkan korban luka berat dan ringan, juga beberapa pohon tumbang yang menimpa beberapa rumah , beberapa ruas jalan tertutup karena longsor.
Namun berkat kesigapan relawan Desa Sambirejo Prambanan para korban yang luka berat maupun ringan bisa dievakuasi ke rumah sakit, dan sebagian yang luka ringan diperbolehkan pulang. Di tengah-tengah kepanikan warga saat bencana tersebut masih ada yang memanfaatkan kesempatan dengan mencuri, namun berkat kesigapan relawan pencuri tersebut berhasil ditangkap dan diserahkan ke aparat kepolisian, meskipun sempat dihakimi massa namun tidak mengalami luka yang parah. Hal tersebut sebagai simulasi penanggulangan bencana tanah longsor di Sambirejo Prambanan, tepatnya di Breksi Sambirejo Prambanan.
Hadir dan menyaksikan gladi lapang tersebut antara lain Kepala Bidang Pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD DIY Heri Siswanto, Staf ahli bupati bidang Pembangunan Drs. Kunto Riyadi,MPPM, Kepala BPBD Kabupaten Sleman Drs. Yulisetiono Dwiwasito, MM, Camat Prambanan Drs. Abu Bakar.
Usai gladi lapang pada kesempatan juga dilakukan pengukuhan pengukuhan pengurus Desa tangguh bencana Desa Sambirejo oleh Staf ahli bupati bidang pembangunan. Disamping itu juga dilakukan pengukuhan Unit pelayanan penaggulangan bencanaa Desa Sambirejo dan penyerahan SK oleh Kepala BPBD kabupaten sleman.
Sedangkan Kepala Pelaksana BPBD DIY dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Heri Siswanto antara lain menyampaikan bahwa berdasaarkan pemetaan yang telah dilaakukan padaa tahun 2012 DIY terdaapat 12 potensi ancaman bencana, daari 438 desa yang ada di DIY 301 desa merupakan desa rawan bencana, diantaranya terdapat di Kabupaten Sleman.
Sementara itu Bupati Sleman dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Staf Ahli bupati bidaang pembangunan Kunto Riyadi antara lain menyampaikan bahwa dalam setiap mitigasi bencana, Pemerintah tidak dapat sukses mewujudkan upaya tersebut jika tidak didukung oleh masyarakat dan tim relawan.
Pelaksanaan gladi lapang tersebut merupakan salah satu upaya untuk mempersiapkan kesiapsiagaan dan keterampilan warga masyarakat dalam menghadapi bencana longsor, khususnya di Desa Sambirejo Kec. Prambanan. Diharapkan dengan adanya gladi lapang ini, jatuhnya korban jiwa akibat longsor dapat diantisipasi, karena masyarakat telah mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan pada saat kondisi darurat.
Lebih lanjut disampaikan bahwa ketepatan bertindak tentunya harus didukung oleh pengetahuan dan ketrampilan dalam menghadapi situasi darurat terkait bencana. Gladi lapang ini menjadi sarana yang efektif untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mensikapi kondisi darurat. Dengan bekal tersebut, diharapkan seluruh warga masyarakat tidak akan panik bila terjadi bencana. Mengingat strategisnya kegiatan ini, diharapkan kepada seluruh peserta Gladi Lapang agar melaksanakan gladi dengan sungguh-sungguh demi kepentingan bersama.
Dalam upaya mitigasi bencana di Kec. Prambanan, selain melalui penyelenggaraan gladi lapang desa tangguh bencana, Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Sleman juga telah melakukan penambahan Early Warning Sistem (EWS) sebanyak 3 buah. Diharapkan melalui upaya ini, potensi longsor dapat terdeteksi lebih dini sehingga resiko bencana dapat diminimalisir.