20 Sekolah Siap Menampung Siswa di Kawasan Rawan Bencana Merapi
Gladi lapang Paseduluran Sekolah “Sister School” dan penandatangan MOU sister school yang berlangsung di lapangan Pemda Sabtu 28 November 2015 dibuka oleh Plt. Sekretaris Daerah Drs. Iswoyo Hadiwarno mewakili Penjabat Bupati Sleman. Hadir pada kesempatan tersebut antara lain Kepala BPBD Kabupaten Sleman Drs. Julisetiono Dwi Wasito,SH, MM, Kasubdit mitigasi dan standardisasi BNPB Elir Irawati , SKM, MM, dan para camat yang berdampak langsung erupsi merapi, dll.
Jalannya gladi lapang tersebut masing-masing sekolah melakukan aktivitas belajar mengajar seperti biasa, dan tiba-tiba terjadi status merapi naik dari waspada ke siaga hingga para siswa dan guru harus mengungsi di sekolah penyangga, hingga suasanya pada waktu tersebut ramai terjadi kepanikan, namun berkat kesiapan guru dan aparat terkait hingga bisa diantisipasi dengan baik,meskipun pada kesempatan tersebut terjadi beberapa siswa yang terluka.
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penandatangan MOU paseduluran sekolah sister school tahun 2015 pada 20 sekolah. Dalam gladi lapang yang melibatkan 20 sekolah mulai dari SD sampai dengan SMA/SMK di Kabupaten Sleman. Ke 20 sekolah tersebut merupakan sekolah yang berdampak langsung kena erupsi merapi dan sekolah sebagai penyangga. 20 sekolah yang terkena dampak dan penyangga tersebut SMK Muhammadiyah Pakem dengan SMK Muhammadiyah 1 Sleman, SMA N 1 Cangkringan dengan SMAN 1 Pakem, SDN Banyu Urip 1 Turi dengan SDN Turi 3, SD Muhammdiyah Cepitsari dengan SDN Kejambon 2 Ngemplak, SDN Kloposawit Tuti dengan SMPN 1 Turi, SMP Taman Dewasa dengan SMKN 1 Cangkringan, SDN Cancangan dengan SDN Kiyaran 2 Cangkringan, SD Muhammadiyah Balerante dengan SDN Klegung 2 Tempel, SDN Glagaharjo Cangkringan dengan SDN Bronggang Cangkringan, dan SDN Gungang Cangkringan dengan SDN Umbulwidodo Ngemplak. Penandatangan dilakukan oleh kepala sekolah masing-masing berdampak erupsi dan kepala sekolah penyangga, yang disaksikan Sekda Sleman Drs. Iswoyo Hadiwarno, juga sebagai saksi Kepala BPBD Sleman dan Dikpora.
Penjabat Bupati Sleman dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Plt. Sekda Sleman Drs. Iswoyo Hadiwarno antara lain menyampaikan bahwa dalam setiap mitigasi bencana, dukungan dari masyarakat dan dukungan tim relawan mutlak diperlukan. Masyarakat juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi bencana, dengan harapan kesiapsiagaan tersebut dapat bermanfaat dalam menentukan langkah-langkah yang tepat dalam mengantisipasi jatuhnya korban jiwa. Oleh karena itu, penjabat bupati berharap melalui kegiatan gladi lapang paseduluran sekolah “Sister School”, antara sekolah terdampak dan sekolah penyangga akibat erupsi gunung merapidapat meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi erupsi gunung merapi.
Yang harus disadari bersama bahwa, mitigasi bencana harus menjadi bagian dari budaya dan local wisdom masyarakat Sleman. Oleh karena itu pembinaan dan pelatihan cara penanggulangan bencana harus dimulai sejak dini. Mitigasi bencana harus diperkenalkan dan diajarkan di bangku sekolah, bahkan sejak jenjang yang paling bawah. Siswa-siswa sangat perlu diberi pemahaman dan pembinaan bagaimana cara penanggulangan dan mitigasi bencana, demikian jelas Iswoyo dalam sambutannya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Sleman selain akan terus mengembangkan SSB di wilayah yang memiliki potensi bencana, juga membentuk desa tangguh bencana yang saat ini berjumlah 5 desa, diantaranya Desa Pakembinangun, Purwobinangun dan Hargobinangun di Kec. Pakem, Desa Glagaharjo di Kec. Cangkringan dan Desa Donoharjo di Kec. Ngaglik.
Sementara itu kepala BPBD Sleman melaporkan bahwa tujuan gladi lapang dan MOU tersebut dalam rangka mengantisipasi bila terjadi bencana khususnya erupsi merapi, agar masyarakat dan terutama siswa dan perangkat sekolah lebih siap bila terjadi bencana. Lebih lanjut disampaikan bahwa kedepan gladi lapang seperti ini juga akan dilakukan meskipun kondisi gunung merapi cukup aman. Akan tetapi untuk mengantisipasi kejadian seperti tahun 2010 harus terus diwaspadai.