Kondisi Kabupaten Sleman yang rawan bencana membutuhkan masyarakat yang tangguh dan siap menghadap bencana yang dapat terjadi kapan saja. Masyarakat yang  tangguh bencana ialah masyarakat yang mampu mengantisipasi dan meminimalisir kekuatan yang merusak melalui proses adaptasi. Mereka juga mampu mengelola dan menjaga struktur dan fungsi dasar tertentu ketika terjadi bencana. Dan jika terkena dampak bencana, mereka dapat membangun kehidupannya menjadi normal kembali atau paling tidak dengan cepat memulihkan diri secara mandiri. Oleh karena itu pembinaan dan pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) terus dilakukan di wilayah Kabupaten Sleman.  Hal tersebut disampaikan Penjabat Bupati Sleman Ir. Gatot Saptadi saat membuka dialog interaktif multipihak di Badan KB Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Sleman Selasa 1 September 2015. Hadir pada kesempatan tersebut antara lain Kepala BKBPMPPPA kabupaten Sleman dr. Nurulhayah, M.Kes, daan perwakilan dinas terkait.

Lebih lanjut disampaikan bahwa Pemkab Sleman terus berupaya mendukung pembentukan Desa Tangguh Bencana. Sepanjang tahun 2015 telah dibentuk 5 desa tangguh bencana diantaranya di Desa  Pakembinangun, Purwobinangun dan Hargobinangun di Kec. Pakem serta Desa Glagaharjo di Kec. Cangkringan dan Desa  Donoharjo di Kec. Ngaglik. Menghadapi fenomena bencana yang makin luas dan kompleks, sesuai Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, seluruh pemangku kepentingan dan elemen masyarakat, harus tanggap terhadap ancaman bencana bukan hanya saat terjadi tanggap darurat bencana, tetapi juga pada pra bencana dan pasca bencana. Paradigma penanggulangan bencana, tidak lagi di titik beratkan pada penanganan kedaruratan, namun lebih pada upaya pengurangan resiko bencana, hal ini menuntut adanya kesiapsiagaan masyarakat.
Oleh karena itu Pemkab Sleman menyadari pentingnya upaya mitigasi bencana sejak dini. Pembinaan dan pelatihan cara penanggulangan bencana harus dimulai sejak dini. Mitigasi bencana harus diperkenalkan dan diajarkan di bangku sekolah, bahkan sejak jenjang yang paling bawah. Siswa-siswa sangat perlu diberi pemahaman dan pembinaan bagaimana cara penanggulangan dan mitigasi bencana, karenanya Kabupaten Sleman telah menggalakkan sekolah siaga bencana yang tersebar dibeberapa wilayah yang memiliki potensi bencana
Selain itu untuk memudahkan melakukan upaya tanggap darurat, Pemkab Sleman juga telah menyusun Rencana Manajemen Pengelolaan Lingkungan (RMPL) serta melakukan pemetaan potensi kerawanan bencana, dengan pemasangan early warning system yang dipasang di 13 lokasi yang dianggap rawan terdampak erupsi merapi.
Untuk pemulihan ekonomi masyarakat pasca rehab rekon telah dilakukan berbagai upaya oleh multi pihak, yaitu peningkatan usaha ekonomi produktif baik bagi kelompok ataupun industri rumah tangga melalui pendampingan, pembinaan, pelatihan, dan penguatan modal secara terpadu dan berkelanjutan; pemulihan infrastruktur pendukung; peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk; serta peningkatan promosi produk yang dihasilkan.
Sedangkan koordinator PSM (Pearempuan Sahabat Merapi) Ida Kristiana melaporkan bahwa maksud dan tujuan dialog tersebut  untuk mereview program para pihak  yang mendukung keberlanjutan penghidupan maasyarakat di daaerah rawan bencana, menyusun rekomendasi program perbaikan keberlanjutan ekonomi masyarakat di daerah rawan bencana, mengidentifikasi program para pihak  yang dapat disinergikan  untuk mendukung peningkatan kesiapsiagan dan perbaikan keberlanjutan ekonomi masyarakat, dan adanya kesepakatan kerjasama para pihak untuk mendukung kegiatan ekonomi maasyarakat dan kelompok perempuaan yang diorganisir oleh PSM. Peserta dalam dialog tersebut antara lain dari pendiri PSM , anggota MRC, wakil-wakil kelompok perempuan anggota PSM dari Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul, kota Yogyakarta , Bantul, Kulon Progo, dengan total peserta 100 orang.