Ags
13
Siasati Kemarau Panjang, Petani Sleman Dihimbau Rubah Pola Tanam
Kemarau, menjadi masalah hangat yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia saat ini, tidak terkecuali di Kabupaten Sleman, DIY. Berdasarkan prakiraan BMKG sifat hujan berada di bawah normal yaitu curah hujan berkurang 50% – 70% dari kondisi rata-rata. Penjabat Bupati, Gatot Saptadi mengingatkan masalah pelayanan air bagi masyarakat dan kemungkinan adanya perubahan kebijakan dalam bidang pertanianmembutuhkan kebijakan Pemkab Sleman dalam menanggulanginya.
Musim kemarau saat ini dirasa sedikit berbeda, hal ini karena pada musim kemarau saat ini dipengaruhi oleh gangguan iklim lain yakni berupa peristiwa El nino. Wilayah Indonesia yang terkena dampak El nino yaitu wilayah selatan khatulistiwa dan Indonesia wilayah timur, termasuk D.I. Yogyakarta. Menurut Tony Agus Wijaya, BMKG, dengan adanya El nino ini diperkirakan awal musim hujan DIY mundur hingga akhir bulan November,dengan jumlah curah hujan di bawah normal yaitu berkurang 15% dari rata-rata. Hasil monitoring BMKG curah hujan sampai dengan tanggal 10 Agustus 2015, seluruh wilayah Sleman mengalami lebih dari 60 Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut dan masuk dalam kategori kekeringan ekstrim. Daerah dengan THT terpanjang adalah di Dolo Wedomartani, Ngemplak, yaitu selama 74 hari.
Kekeringan yang terjadi saat ini sedikit banyak berpengaruh dalam sektor pertanian dan perikanan, namun demikian menurut Widi Sutikno Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kab. Sleman para petani di wilayah Sleman telah memperoleh edukasi jauh hari sebelum fenomena kekeringan terjadi untuk mensiasati kondisi iklim yang tidak mungkin dihindari seperti saat sekarang ini, yaitu dengan mengubah pola tanam. Jika pada musim dengan curah hujan normal tanaman yang di tanam adalah padi, namun pada saat kondisi iklim seperti saat ini menanam tanaman palawija menjadi pilihan terbaik, karena tanaman palawija tidak memerlukan jumlah air yang besar. Selain itu menurut Widi Sutikno, cara yang sama juga diterapkan pada bidang perikanan, yakni dengan mengganti komoditas ikan yang dibudidayakan disesuaikan dengan iklim, dimana pembudidayaan lele merupakan opsi terbaik untuk mensiasati kondisi iklim saat ini.
Selain antisipasi dalam sektor pertanian dan perikanan, persediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari juga masih tercukupi. Hal ini ditegaskan oleh Dwi Nurwanta, Direktur PDAM bahwa untuk persediaan air bersih di wilayah Kabupaten Sleman masih bisa di suplay, tercatat terdapat 27 lokasi sumber air yang masih stabil dan tidak terjadi pengurangan dan masih dimanfaatkan warga untuk irigasi dan sebagainya. Namun demikian, walau persediaan air masih diatas batas minimum namun penggunaan air perlu digunakan dengan efektif dan efisien.