Bupati : Keterlibatan Perempuan dalam Pembangunan Masih Belum Maksimal
Salah satu rangkaian peringatan Hari Kartini ke 135 tahun 2015 tingkat Kabupaten Sleman, di selenggarakan Sarasehan dengan tema, Dengan Semangat Kartini, Kita Tingkatkan Kesetaraan Gender untuk Kemandirian Ekonomi Keluarga. Sarasehan bertempat di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Selasa 21 April 2015, yang dihadiri Bupati Sleman, Ketua Tim Penggerak PKK, Ka.BPPM DIY, Ka,Badan KBPMPP, Tim Pengerak PKK DIY, Ketua GOW, Dharma Wanita, UP2k-PKK, dan Para Istri Muspida Kabupaten Sleman.
Kegiatan sarasehan ini dibuka secara resmi oleh Bupati Sleman, Sri Purnomo. Bupati Sleman mengaharapkan perempuan-perempuan di Sleman dapat menjadi Kartini-Kartini di zaman modern ini, yang secara aktif berjuang dengan gigih demi keberlanjutan pembangunan daerah. Peringatan Hari Kartini menjadi momen yang penting, untuk merefleksikan seberapa jauh peran perempuan dalam dalam proses pembangunan daerah.
Menurut Sri Purnomo, peran serta perempuan dalam proses pembangunan sudah terbukti mampu mempengaruhi peningkatan perekonomian baik di level keluarga maupun pembangunan di tingkat yang lebih luas. ”Meski demikian jika kita melihat realita keterlibatan perempuan dalam proses pembangunan, baik secara kuantatif maupun kwalitatif, keterlibatan perempuan masih belum maksimal”. sambung Bupati Sleman.
Lebih lanjut, Bupati mengatakan, meskipun Pemerintah telah memberikan kesempatan yang sama dan membuka ruang bagi kaum perempuan untuk berperan di ruang publik, kesempatan ini tidak berguna bila kaum perempuan sendiri tidak mampu memanfaatkan kesempatan yang telah terbuka. Kenyataan di masyarakat selama ini kaum perempuan tidak dapat bebas berkiprah apabila masalah domestik keluarganya belum selesai. Selama ini, kiprah kaum perempuan di masyarakat selalu terbatasi oleh permasalahan ekonomi dan keluarga sehingga hanya perempuan dengan latar belakang keluarga yang kuat yang mampu berkiprah aktif dalam setiap proses pembangunan.
Pada akhir sambutannya, bupati mengatakan bahwa tantangan yang perlu mendapat perhatian dan pemikiran bersama adalah bagaimana memberikan pemahaman pada masyarakat tentang peran perempuan yang sesungguhnya. Sebagai makhluk Tuhan, perempuan memiliki hak dan peran yang sama dengan laki-laki. Namun yang perlu diingat adalah peran perempuan dalam lingkup domestik yang tidak kalah penting. Para perempuan adalah ibu dari anak-anak yang menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Para perempuan harus bisa membentuk karakter anak-anaknya, menjadi generasi yang memiliki kemampuan daya juang dan mentalitas yang kuat, serta rasa percaya diri dalam menjalani kehidupan dan memenuhi tujuan hidup.
Sarasehan itu sendiri menghadirkan narasumber dari akademisi yaitu Nurul Indarti dan dari kalangan pengusaha yaitu Sri Ekanti Subardini. Menurut Nurul Indarti S, untuk mewujudkan keseteraan gender, antara perempuan dan laki-laki harus memiliki kesempatan yang sama untuk berkiprah khususnya disektor publik. Sementara menurut Sri Ekanti S, nasib perempuan sangat dipengaruhi oleh bagaimana perempuan beraktualisasi. Untuk bisa berkiprah maksimal khususnya dalam sektor publik, perempuan harus memiliki kemampuan, kemampuan dan berani mengimplementasikan kemauan dan kemampuannya dalam aktifitas nyata.