“Diperlukan kesamaan pemahaman dan persepsi  dalam memahami Peraturan Presiden No. 4 tahun 2015 . Hal ini sangat penting agar proses  pengadaan barang dan jasa  di Kabupaten Sleman berjalan dengan baik dan benar.” Tanggungjawab didalam proses pengadaan barang dan jasa tidak hanya tanggung jawab panitia pengadaan barang dan jasa semata, tetapi juga tanggungjawab para pimpinan SKPD.  Oleh karena itu, pemahaman yang benar dan tepat terhadap pelaksanaan Peraturan Presiden No. 4 tahun 2015 , juga harus dimiliki oleh setiap pimpinan SKPD dan bahkan juga semua pejabat struktural. Hal tersebut disampaikan bupati Sleman dalam sambutan tertulis yang dibacakan Assekda bidang pembangunan Dra. Suyamsih saat membuka Bimbingan Teknis pengadaan barang dan jasa pemerintah di Lantai III BKD Selasa 10 Pebruari 2015. Lebih lanjut disampaikan bahwa pimpinan SKPD dan juga para pejabat struktural harus mampu mengendalikan dan mengontrol proses pengadaan barang dan jasa di instansinya masing-masing sesuai dengan prosedur dan regulasi yang ada, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penyerahan barang.

Maraknya kasus hukum atas perkara proses pengadaan  di tanah air, menyebabkan kegamangan aparat pemerintah untuk terlibat dalam proses pengadaan barang dan jasa. Jumlah Pegawai Negeri Sleman yang memiliki sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa sangat terbatas, serta belum sebanding dengan jumlah SKPD dan kebutuhan SDM untuk pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman.

Pemkab. Sleman memiliki 56 SKPD dengan 12.089 pegawai,namun pegawai yang memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa baru 330 orang, dan belum tersebar di seluruh SKPD. Masih terdapat 7 instansi yang belum memiliki pegawai bersertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa, yaitu Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI,  Kecamatan Pakem, Kecamatan Mlati, Kecamatan Minggir, Kecamatan Berbah, Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Tempel. Oleh karena itu, PemkabSleman senantiasa mendorong dan berupaya agar aparat yang bersertifikatKeahlian Pengadaan Barang/Jasa, semakin bertambah.

Pada tahun 2013 di Kabupaten Sleman telah terbentuk Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan melalui pelelangan/seleksi. Tujuan pembentukan ULP adalah untuk menjamin pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang lebih terintegrasi atau terpadu sesuai dengan tata nilai pengadaan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah daerah. Saya minta agar semua proses pelelangan/seleksi yang dilaksanakan oleh ULP untuk tetap menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik di LPSE dan kepada pengelola ULP agar selalu berkoordinasi dengan SKPD pemilik paket pekerjaan maupun dengan LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).

Pada tahun 2014 Pemkab. Sleman telah melaksanakan paket pengadaan melalui LPSE sebanyak 247 paket pekerjaan yang dilaksanakansecara e-proc (elektronik) dengan nilai pagu anggaran Rp. 341,5 Milyar.Dari hasil pelaksanaan LPSE 247 paket tersebut telah diperoleh efisiensi selisih pagu anggaran dan penawaran senilai Rp 32,3 M atau 8,52%. Dengan hasil tersebut, diharapkan pada tahun ini semua paket pengadaan barang dan jasa yang pelaksanaannya harus dengan sistem lelang dilaksanakan melalui LPSE. Berkenaan dengan hal tersebut, bupati mintapara pimpinan SKPD dan juga aparat yang telah memiliki sertifikat keahlianPengadaan Barang/Jasa meningkatkan kemampuan dan wawasan tentangproses pengadaan barang dan jasa serta peraturan perundang-undanganyang berlaku, serta mengambangkan sikap kehati-hatian dan kecermatan.

Sedangkan Kepala BKD Drs. Iswoyo Hadiwarno melaporkan bahwa tujuan Bimtek tersebut  untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, dan menambah ketrampilan dalam pengelolaan dokumen pengadaaan barang/jasa pemerintah khususnya kontrak pengadaan. Peserta Bimtek adalah pejabat pengguna anggaran, pejabaat pembuat komitmen (PPK) dilingkungan pemerintah kabupaten Sleman sebanyak 50 orang. Bertindak sebagai nara sumber Ir. Fadli Arif, DESS (Direktur Advokasi dan penyelesaian sanggah wilayah II)