Nov
24
Kenduri Budaya Gunung Omah di Huntap Pagerjurang
Selama ini Rekompak telah berhasil membangun hunian tetap sebanyak 476 unit di kabupaten Magelang dan 2.040 di kabupaten Sleman. Huntap tersebut dilengkapi dengan 312 titik kegiatan infrastruktur dasar permukiman dan prasarana untuk kebutuhan pengurangan resiko bencana (PRB) . Rekompak juga memfasilitasi pembangunan 1.145 titik kegiatan insfrastruktur dasar yang taersebar di 106 desa terdampak erupsi di kabupaten Sleman, Klaten, Magelang dan Boyolali. Hal tersebut disampaikan Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian PU RI Adjar Prajudi saat kenduri budaya Gunung Omah di gedung pertemuan Huntap Pagerjurang Kamis 20 Nopembar 2014.
Hadir pada kesempatan tersebut antara lain Wakil Gubernur DIY Pakualam IX, Kepala BPBD DIY Ir. Gatot Saptadi, Wakil bupati Sleman Ynu Satia Rahayu, SS, M.Hum, Asekda bidang Pembangunan Dra. Suyamsih, Kepala BPBD Sleman Dra. Julisetiono Dwi Wasito, Sekcam Cangkringan Mustadi, Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto Dll.
Disampaikan Adjar Prajudi bahwa Pembangunan Huntap tersebut merujuk kepada kegiataan rehabilitasi dan rekuntruksi sektor rumah dan permukiman yang dilaksanakan melalui pendekatan relokasi permukinan dari kawasan Rawan Bencana III ke area yang lebih aman. Relokasi tersebut dilakukan di lahan milik warga sendiri atau relokasi mandiri dan atau ti tanah yang disiapkan pemerintah daerah atau relokasi kolektif.
Disampaikan pula bahwa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan rekompak adalah pertama, besarnya jumlah korban dan kerugian erupsi merapi yang mencapai 386 korban tewas dan lebih dari 500 orang terluka. Sejumlah 3.524 rumah di DIY dan jawa tengah hancur dan rusak berat. Sebanyak 350.000 orang lebih harus pergi meninggalkan kampung halaman untuk menyelamatkan diri.Totak kerugian mencapai Rp. 3.62 Trilyun. Tanatangan kedua adalah harapan yang sangat besar dari masyarakat untuk segera mendapatkan penanganan secara menyeluruh, cepat dan tepat. Tantangan berikutnya adalah baagaimana permukiman yang telkah dibangun tersebut bisa menjadi permukiman yang lestari. Untuk itu perlu melakukan berbagai upaya yang bisa memberikan dasar dan landasan keberlanjutan bagi terbangunnya kawasan permukiman masyarakat berbasis ekologi dan pengurangan resiko bencana, tambah Adjar Prajudi.
Sedangkan Gubernur DIY dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Gubernur Sri Pakualam IX antara lain menyampaikan bahwa untuk tetap melanjutkan kelangsungan hidup para warga korban erupsi merapi bulan oktoner 2010 silam, diperlukan program rehabilitasi dan rekontruksi masyarakat dan permukiman berbasis Komunitas (Rekompak). Program Rekompak tahun 2014 tersebut telah memasuki tahun ke 4 . melalui Rekompak telah dibangun kembali atau rehabilitasi nribuan rumah dan prasarana masyarakat, yang terkena dampak bencana dalam waktu yang relatif singkat. Dengan Rekompak juga telah terintegrasi elemen-eleman pemastian mutu yang ketat, pengurangan resiko bencana, pelestarian lingkungan dan konservasi warisan budaya. Karena dengan pendekatan berbasis masyarakat jauh lebih ekonomis, ketimbang penggunaan kontraktor untuk rekontruksi perumahan dan prasarana yang berskala besar.
Lebih lanjut disampaikan bahwa dengan berakhirnya program Rekompak tersebut, asset yang sudah selesai terbangun tersebut sudah menjadi milik masyarakat, harus dikelola, dioperasionalkan dan dirawat oleh masyarakat, tentu saja dibantu oleh pemerintah kabupaten, tambah Wagub.
Pada kesempatan tersebut juga dideklarasikan permukiman layah huni berkelanjutan yang dibacakan perwakilan Huntap Kuwang Eko yang juga dukuh ex dusun Bakalan dan diikuti perwakilan penghuni Huntap se kabupaten Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali, dan dilajutkan penandatangan deklarasi.
Sedangkan isi Deklarasi tersebut antara lain warga terdampak erupsi merapi tahun 2010 merasa senang dan bahagia atas perhatian dan kepedulian pemerintah yang telah memberikan bantuan dan stimulan kepada penghuni huntap untuk membangun kembali huntap yang telah dilengkapi dengan insfrastruktur permukiman dan sarana untuk pengurangan risiko bencana di kawasan yang lebih aman. Penghuni huntap juga merasa bangga menmdapatkan pendampingan pemerintah dan para fasilitator dalam upaya membangun kembali kehidupan dan penghidupan di permukiman yang baru. Dan sebaga rasa syukur tersebut penghuni huntap bertekad untuk merawat dan memelihara huntap dan lingkungannya agar tetap bisa menjadi permukiman layak huni, aman dan lestari.