Sebanyak 4 siswa dari  235  SDN Umbulharjo Cangkringan mengalami luka saat evakuasi akibat bencana Gunung Merapi yang terjadi Selasa 16 September 2014, sedangkan lainnya tidak mengalami luka-luka dan semuanya berhasil dievakuasi ke SMK Negeri Cangkringan yang berjarak sekitar 8 km. Dari jumlah tersebut 3 orang siswa dijemput oleh orang tuanya. Ke empat siswa yang terluka tersebut dievakuasi ke rumah sakit menggunakan Ambulance BPBD untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Saat terjadi erupsi Merapi tersebut sempat menimbulkan kepanikan di SD Umbulharjo, baik guru maupun siswa, namun berkat ketenangan maka proses evakuasi berjalan lancar. Hal tersebut terjadi saat Simulasi menghadapi bencana erupsi merapi di SDN Umbulharjo 2 Selasa 16 September 2014.

Hadir pada kesempataan tersebut antara lain Kepala BPBD DIY Ir. Gatot Saptadi, Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu, SS. M.Hum, Muspika kecamatan Cangkringan, juga kepala Desa  Umbulharjo dan Wukirsari Cangkringan. Peresmian SDN Umbulharjo 2 dan SDN Kepuharjo Cangkringan sebagai Sekolah Siaga Bencana ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu mewakili Bupati Sleman, di samping itu juga ditandai dengan pemukulan gong dan pembukaan selubung papan nama.
Pada kesempatan tersebut Wakil Bupati Sleman dalam sambutannya antara lain menyampaikan bahwa Kabupaten Sleman merupakan daerah yang diberi anugerah Tuhan dengan berbagai potensi yang dimiliki. Namun, di balik itu, dari komposisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis, Kabupaten Sleman menyimpan potensi bencana yang diakibatkan faktor alam maupun non alam. Pada tahun 2010 yang lalu, kita semua merasakan bagaimana dasyatnya erupsi Gunung Merapi, yang kemudian diikuti oleh banjir lahar hujan yang terus mengancam sampai saat ini. Beberapa saat yang lalu, sebagian masyarakat Sleman juga terkena angin puting beliung yang juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Untuk itu, Saya berharap agar semua elemen masyarakat di Kabupaten Sleman mengerti dan memahami bagaimana menanggulani bencana dan menjadi tangguh dalam mitigasi dan penanganan bencana.
Lebih lanjut disampaikan bahwa menghadapi fenomena bencana yang makin luas dan kompleks, sesuai Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, seluruh pemangku kepentingan dan elemen masyarakat, harus menyelenggarakan, bukan hanya saat terjadi tanggap darurat bencana, Tetapi juga pada pra bencana dan pasca bencana. Paradigma penanggulangn bencana, tidak lagi di titik beratkan pada penanganan kedaruratan, namun lebih pada upaya pengurangan resiko bencana, menuntut adanya kesiapsiagaan masyarakat termasuk sekolah.

Sedangkan Kepala BPBD DIY Gatot Saptadi pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa wilayah DIY ini 68 persennya mempunyai potensi rawan terhadap 12 jenis bencana, termasuk Gunung Merapi. Memperhatikan hal tersebut diperlukan pendekatan pengurangan resiko bencana dengan wajib melaksanakan langkah-langkah pencegahaan dan kesiapsiagaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut pemerintah menindaklanjuti dengan melakukan perkuatan kapasitas melalui program Destana, Desa Tangguh Bencana dan SSB:Sekolah Siaga Bencana. Ditambahkan Gatot Saptadi bahwa kegiatan untuk mewujutkan SD Umbulharjo 2 sebagai SSB antara lain sosialisasi pengurangan resiko bencana bagi guru dan karyawan SDN Umbulharjo 2 selama 3 hari, bimbingan teknis kurikulum pengurangan resiko bencana terintegrasi dengan kurikulum 2013 selama 3 hari, bantuan dapur umum dll.***