Nov
18
Merapi Normal, Warga Tidak Perlu Cemas
Meningkatnya aktivitas Gunung Merapi yang ditandai dengan meletup dua kali pada pukul 4.45 WIB membuat sekitar 500 an warga Kalitengah Lor, Kidul dan Srunen mengungsi di Balai Desa Glagaharjo Cangkringan. Namun karena ada informasi kondisi Merapi masih normal dan tidak ada peningkatan status dari BPPTK DIY maka pada pukul 7.30 WIB warga kembali ke rumah dan melakukan aktivitas kembali. Bupati Sleman Drs. H. Sri Purnomo, MSI, yang datang ke Balai Desa Glagaharjo pukul 10.30 WIB mendapati warga sudah pulang, langsung mengadakan pertemuan dengan Kadus dan Perangkat Desa Glagaharjo, juga Kapolsek Cangkringan, Kepala Desa serta Camat Cangkringan. Dalam kesempatan ini Bupati berpesan kepada aparat desa, kecamatan, TIM SAR dan dari Polsek serta Koramil Cangkringan untuk siaga antisipasi meningkatnya aktivitas Gunung Merapi. Hal ini mengingat masih ada ratusan KK dan sekitar 1.500 warga yang menghuni di daerah bahaya. Juga banyaknya aktivitas penambangan pasir di aliran sungai Gendol. Bupati juga berpesan agar melarang pendakian ke puncak Merapi mengingat bahaya akibat aktivitas G Merapi.
Selanjutnya Bupati juga langsung menyambangi warga Kalitengah Lor dan memberikan penjelasan kepada warga tentang kondisi G Merapi. Bupati mengingatkan kepada Warga Kali Tengah Lor, Kidul dan Srunen yang masih bertahan belum mau pindah ke tempat yang aman, tentang karekteristik Gunung Merapi yang telah berubah. Kalau sebelum letusan tahun 2010 sebelum meletus ditandai dengan aktivitas yang bisa dideteksi, namun saat ini aktivitas G Merapi tidak dapat dideteksi sebelumnya namun langsung terjadi aktivitas seperti pada pertengahan bulan puasa lalu dan tadi pagi setelah Subhuh yang abu vulkaniknya sampai ke Solo Jawa Tengah. Warga diminta selalu waspada dan siap mengungsi kalau memang kondisi G Merapi meningkat aktivitasnya. Bupati juga mengharapkan warga untuk memikirkan tempat yang aman untuk dihuni seperti warga lain yang telah pindah ke tempat aman dalam huntap yang disediakan oleh Pemerintah untuk menghindari resiko bahaya akibat letusan G Merapi karena wilayah ini telah ditetapkan sebagai daerah bahaya dan dilarang untuk hunian meningat jaraknya hanya sekitar 4 km dari Gunung Merapi.
Warga menyambut baik kedatangan Bupati dan menyadari berada dalam area bahaya sehingga warga suatu saat akan pindah ke tempat aman hanya butuh waktu untuk pindah. Kadus Kali Tengah Lor membenarkan setelah Subuh ada letusan G Merapi yang mengeluarkan wedus gembelnya dan 5 sampai 10 menit sebelumnya juga terdengar suara gemuruh. Selanjutnya warga melakukan aktivitas seperti biasa karena aktivitas merapi kembali normal, seperti memerah susu sapid an mencari rumput.
Jumlah penduduk Sleman berdasarkan hasil sensus sementara mencapai 1.137.365 jiwa dengan laju pertambahan penduduk sebesar 1,31%. sedangkan jumlah jiwa dalam satu keluarga rata-rata 3,7 jiwa. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 3,6 jiwa. Berdasarkan hasil tersebut maka sudah sepantasnya jika kita berkewajiban untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan program pemerintah pusat yang mencanangkan pertumbuhan penduduk yang seimbang di tahun 2015 nanti. Hal tersebut disampaikan bupati sleman Drs. Sri Purnomo, Msi saat menerima tim evaluasi PKK, KB. Kes tingkat Prop. DIY di Baldes Bangunkerto Turi Senin 18 Nopember 2013. Lebih lanjut disaampaikan bahwa untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan mengatasi masalah kemiskinan, upaya yang dilakukan bukan hanya sebatas pada pembatasan jumlah kelahiran, tetapi juga mencakup upaya peningkatan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu pelaksanaan program KB juga mencakup program Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Lansia (BKL), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Unit Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Melalui kelompok-kelompok tersebut, masyarakat mendapat kesempatan dan akses untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Disampaikan pula bahwa pada saat ini, pelaksanaan Program Gerakan KB dan Pembangunan Keluarga Sejahtera di Kab. Sleman dihadapkan pada tantangan dan hambatan yang semakin kompleks. Tantangan yang dihadapi pelaksanaan program KB tersebut tidak hanya sebatas pada upaya pembatasan kelahiran dan pembentukan keluarga kecil saja, namun jauh lebih berat lagi, yakni program KB yang berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan dan kualitas keluarga. Untuk itu Kabupaten Sleman berupaya semakin meningkatkan pembangunan di bidang KB. Pemkab Sleman terus berupaya meningkatkan kualitas keluarga masyarakat Sleman, melalui keterpaduan kebijakan dan pelaksanaan program di berbagai bidang. Dengan program yang terintegrasi diharapkan upaya-upaya di bidang KB, Kesehatan dan pemberdayaan perempuan dapat semakin meningkatkan capaian kesejahteraan masyarakat. Meskipun angka kematian bayi dan kematian ibu serta derajat kesehatan masyarakat sudah cukup baik namun masih diperlukan usaha keras untuk memberikan pemahaman bahwa kaum ibu, baik yang tergabung dalam PKK maupun ibu rumah tangga lainnya memiliki peran yang cukup dominan dalam peningkatan kualitas keluarga. Perilaku hidup bersih dan sehat diharapkan menjadi karakter keluarga di Kabupaten Sleman, dan peran PKK merupakan salah satu pendorong dan penggerak yang strategis untuk pembentukan karakter tersebut. Selain itu PKK juga memiliki peran untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan melaui posyandu di tiap-tiap dusun di Kabupaten Sleman.
Saat ini terdapat 25 Puskesmas yang 20 diantaranya telah terstandarisasi ISO, 71 puskesmas pembantu, dan 1.494 posyandu. Instansi pelayanan kesehatan terdekat inilah yang dapat memberikan pelayanan segera dalam upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat Sleman. Untuk itu pada kesempatan ini saya mengajak semua pihak untuk meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan masyarakat. Kesadaran masyarakat Sleman dalam melaksanakan program KB juga semakin tinggi. Pada tahun ini hingga bulan Juli, peserta KB baru mencapai 9.563 dari PPM 15.744 peserta atau tercapai 60,74%. Sedangkan peserta KB aktif mencapai 78,47%.
Pada kesempatan tersebut diserahkan pula berbagai kejuaraan tingkat kabupaten sleman oleh bupati sleman berupa piala dan piagam penghargaan kepada Desa Bangunkerto Turi sebagai juara I lomba desa Prestasi kesatuan Gerak PKK KB Kes. Desa Sendangmulyo Minggir seebagai juara I evaluasi PHBS di rumah tangga. Desaa Tamanmartani sebagai juara I evaluasi lingkungan bersih sehat. Desa Sidomoyo saebagai juara I evaluasi Posyandu. BKB Rias dari Degolan Umbulmartani Ngemplak sebagai juara I lomba keterpaduan BKB, PAUD,SDIDTK di Posyandu, BKR Mawar dari Bangunsari Bangunkerto Turi sebagai juara I evaluai BKR dan PIK R Baerprestasi. BKL Mugi Waras dari Blendung Sumbersari Moyudan sebagai juara I evaluasi BKL. Desaa Sidomoyo Godean sebagai juara I lomba tertib Administrasi PKK. Desa Kalitirto Berbah sebagai juara I lomba kegiatan Lansia. Desa Maguwoharjo Depok sebagai juara I lomba kegiatan ramaja daan PKDRT. Desa Sumberejo Tempel sebagai juara I lomba UP2K PKK. Desa Paandowoharjo Sleman sebagai juara I Hatinya PKK, Desa Harjobinangun Pakem sebagai juara I lomba pemanfaatan Toga. IMP dan PKB Ngaglik sebagai juara I jambore IMP dan PKB dan Muhammad Zainal dari Wonosobo Sardonoharjo Ngaglik sebagai juara I Figur remaja idola.
Sedangkan dr. Siswati, SU selaku ketua tim evaluasi PKK, KB Kes paada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa penilaian PKK-KB-Kes taahun 2013 tersebut meliputi pemilihan pengelola terbaik Posyandu tingkat desa, pemilihan pengelola terbaik PHBS tingkat desa, pemilihan pengelola terbaik LBS tingkat desa dan pemilihan pelaksana terbaik PKK-KB-Kes tingkat kabupaten. Lebih lanjut disampaikan bahwa dalam tahun 2013 ternyata masih banyak permasalahan daalam kegiatan TP, PKK, KKB, kesehatan dan pemberdayaan maasyarakat. Masih ada TP.PKK kader yang berpendapat bahwa kegiatan kependudukan KB, Kesehatan bukan menjadi tugas PKK daan sebaliknya kegiatan kesatuan gerak PKK-KB-Kes itu kergiatannya TP. PKK buka kegiatan SKPD terkait, sehingga kegiatan belum dilaksanakan optimal.