Pantau Kesehatan Hewan Qurban, Sleman Turunkan 250 Personil
Menjelang hari raya Idul Adha, Dinas P2K telah menyiapkan tim dengan 250 orang personil yang terdiri dari staf Dinas P2K, medic veteriner, penyuluh, poskeswan dan fakultas kedokteran hewan. Tim bertugas untuk memantau dan mendampingi pelaksanaan penyembelihan hewan qurban sesuai dengan persyaratan kesehatan. Tim dilengkapi dengan tanda pengenal, masker dll. Demikian dijelaskan Ir. Widi Sutikno dihadapan wartawan dalam jumpa pers mengenai pengecekan kesehatan hewan qurban. Dijelaskan pula bahwa hewan yang disembelih harus memenuhi syarat tidak cacat, sehat, cukup umur dan jantan.
Kebutuhan hewan qurban untuk wilayah Sleman tidak bisa terpenuhi oleh ketersediaan hewan qurban dari Sleman, sehingga memang harus mendatangkan dari luar Sleman. Sebagai gambaran di tahun 2012 jumlah hewan qurban yang disembelih sebanyak 5605 ekor sapi, 1515 ekor domba dan 5558 ekor kambing yang disembelih di 1185 titik pemotongan. Pada tahun 2013 ini jumlah hewan yang disembelih diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 5% hingga 7%. Penyakit yang perlu diwaspadai oleh masyarakat adalah cacing hati, anthrax dan toksoplasma. Apabila ditemukan cacing hati maka bagian hati harus dimusnahkan. Untuk mengantisipasi anthrax, jika ditemukan sapi terkena anthrax maka sapi tidak boleh dipotong karena spora akan menyebar dan dapat bertahan di tanah hingga puluhan tahun. Untuk itu setiap hewan yang didatangkan dari luar Sleman harus dilengkapi dengan SKKH (surat keterangan kesehatan hewan) yang ditandatangani oleh pejabat/petugas yang berwenang dari asal hewan tersebut.
Ditambahkan oleh Widi Sutikno bahwa untuk melakukan pengecekan kesehatan hewan kurban, masyarakat dapat memperoleh layanan pemeriksaan hewan qurban melalui posko pemantauan pemotongan hewan qurban. Posko utama bertempat di bidang peternakan Dinas P2K, telp 868426 dan 13 Poskeswan di wilayah Sleman. Pengecekan kesehatan hewan qurban tersebut tidak dipungut biaya.
Sementara itu, Kepala bidang Peternakan, Ir. Suwandi Aziz juga menambahkan bahwa untuk mengatasi berkurangnya populasi sapi di Sleman pasca Idul Adha , dilakukan dengan intensifikasi pengembangan sapi berupa pemberian bantuan pakan, bantuan subsidi pada pemilik sapi bunting agar tidak menjual sapinya. Bantuan sapi bunting diberikan dengan syarat minimal bunting 5 bulan. Pada tahun ini Pemkab memberikan bantuan sebesar 360 juta (masing-masing pemilik sapi bunting menerima bantuan Rp600.000). Untuk saat ini, penghasil sapi terbanyak di Sleman adalah kecamatan Prambanan.
Pada tahun 2013 ini, Dinas P2K menargetkan pengembangan budidaya sapi sebanyak 54500 ekor sapi, yang saat ini telah tercapai 65%-nya. Setahun terakhir ini Sleman mengalami penurunan dari 53.000 ekor menjadi 46.000 ekor yang disebabkan banyak hal antara lain angka kelahiran menurun. Untuk itu menurut Suwandi Azis kualitas indukan perlu ditingkatkan. Selain itu juga dilakukan dengan memberi fasilitas kendaraan bagi petugas penyuluh, peningkatan kualitas pakan tambahan untuk meningkatkan produktifitas. Hal ini dikarenakan masih ditemui petani yang tidak memperhatikan pakan ternaknya.