Hujan Lebat Tak Surutkan Kirab Prajurit Upacara Mbah Bergas, Seyegan
Ditengah guyuran hujan lebat di lapangan desa Margoagung seyegan Bupati Sleman Drs. H. Sri Purnomo, Msi yang juga didampingi Ketua DPRD Sleman, Kuswanto, SH melepas Kirab prajurit maupun warga masyarakat Margoagung Seyegan Sleman, Jum’at, 31 Mei 2013. Acara ini menandai puncak acara Upacara adat Mbah Bergas yang sudah menjadi agenda tahunan masyarakat Dusun Ngino Margoagung Seyegan Sleman. Upacara adat yang telah berjalan sejak tahun 1928 ini merupakan wujud syukur dari warga masyarakat sekitar atas berkah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa khususnya di bidang pertanian. Demikian diungkapkan ketua panitia Sujarmanto. Ditambahan upacara adat Mbah Bergas juga dimaksudkan sebagai upaya untuk mengenang dan mengambil suri tauladan tokoh Mbah Bergas dalam memberikan pendidikan perilaku, adat, budaya dan agama kepada masyarakat.
Rangkaian upacara adat Mbah Bergas tersebut sebenarnya sudah dilaksanakan sejak tanggal 26 Mei dengan berbagai kegiatan diantaranya pameran dan bazar, karawitan, pentas seni tari, pentas kuda lumping, badui, hadrah. Sedangkan puncak upacara adat Mbah Bergas dilaksanakan pada hari Jum’at Kliwon 31 Mei 2013 dengan agenda pada pukul 08.00 dengan sesaji atau kenduri selamatan, pukul 09.00 – 15.00 pagelaran wayang kulit, pukul 15.00 – 16.00 kirab budaya dilanjutkan dengan tarian kolosal dan prosesi upacara adat. Sedangkan pada malam harinya dipentaskan pagelaran wayang kulit semalam suntuk oleh dalang Ki Sutoyo dengan lakon “Sri Mulih”.
Bupati Sleman memberikan apresiasi yang tinggi terhadap penyelenggaraan upacara adat Mbah Bergas yang selama ini dapat diselenggarakan secara rutin setiap tahunnya. Sehingga benar-benar mampu mengemban misi untuk pelestarian adat budaya lokal yang adiluhung serta mengenalkan dan mengajarkan tradisi budaya bagi generasi muda.Diharapkan melalui pengenalan tradisi budaya yang adiluhung tersebut dapat memperkokoh jiwa dan perilaku generasi muda khususnya dalam menghadapi derasnya pengaruh budaya asing.
Sementara itu perjalanan kirab walaupun diguyur hujan teatp menarik perhatian warga dengan berjajar menonton dipinggir jalan. Iring-iringan kirab dimulai dari prajurit diikuti dengan gunungan buah, sayur, padi, emping dan potensi desa setempat, potensi kesenian dan pawai gerobag.