Cuaca ekstrim yang sering terjadi akhir-akhir ini perlu diwaspadai sejak dini karena sering terjadi bencana akibat cuaca ekstrim. Dengan kewaspadaan sejak dini, maka dampak bencana dapat lebih diminimalisir. Hal tersebut disampaikan Bupati Sleman Drs. Sri Purnomo  saat membuka Forum kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrim di lantai III Pemkab Sleman Selasa (29-1-2013). Lebih lanjut disampaikan bahwa  dalam penanganan  bencana harus terbangun sistem koordinasi dan   sinergi yang baik, masing-masing pihak harus dapat berperan maksimal sesuai dengan kapasitasnya. Juga harus terbangun jaringan informasi yang solid, valid, serta didasarkan atas akurasi data. Yang perlu diperhatikan bahwa  untuk menghindari kesimpang siuran informasi maka  informasi yang disampaikan kepada masyarakat harus mengacu pada informasi dari BMKG dan BPPTK, jangan sampai masyarakat justru menjadikan isu atau informasi yang tidak bertanggung jawab sebagai informasi yang tidak bertanggung jawab sebagai informasi yang dipercaya, sehingga seringkali menimbulkan kepanikan yang justru kontraproduktif  pada upaya mitigasi bencana. Oleh karena itu harus dapat menyampaikan informasi yang benar dengan cara efektif kepada masyarakat. Diharapkan pula jaringan informasi yang terbangun sampai dengan tingkat padukuhan bahkan RT, dapat segera menyampaikan informasi yang cepat kepada pemerintah, bila terjadi bencana. Sehingga pemerintah dapat segera memberikan bantuan dan kebutuhan masyarakat yang tertimpa bencana.

Kepala  BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) stasiun Geofisika kelas I Yogyakarta Drs. Bambang Suryo Santoso dalam presentasinya antara lain menyampaikan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia adanya fenomena global, fenomena Regional dan fenomena Lokal. Sedang awal terbentuknya putting beliung sangat dipengaruhi oleh tingkat pemanasan dipermukaan bumi, jika terdapat tempat yang suhunya paling tinggi secara signifikan (mencolok), maka tempat tersebut menjadi pusat tekanan rendah yang menghisap masa udara dari arah sekitarnya. Yang perlu diwaspadai oleh masyarakat tanda-tanda akan terjadinya putting beliung antara lain , satu hari sebelumnya, udara pada malam hari sampai pagi hari udaranya panas/pengap/gerah, sekitar pukul 10.00  pagi terlihat awan cumulonimbus berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol. Tahap berikutnya adalah awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi hitam gelap, terasa
ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri. Disamping itu perhatikan pepohonan disekitar tempat kita berdiri, jika ada dahan atau ranting yang bergoyang cepat, maka hujan dan angin kencang akan terjadi. Juga  bila terdengar sambaran petir yang cukup keras, kemungkinan akan terjadi hujan deras disertai petir dan angin kencang, dan biasanya hujan pertama kali turun adalah hujan tiba-tiba dan deras, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari lingkungan kita, serta jika 1 atau 3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim penghujan, maka ada kemungkinan hujan deras yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun angin kencang yang mendatar.

Disampaikan pula bahwa untuk mengantisipasi angin putting beliung antara lain dengan memangkas dahan pohon yang tinggi dan terlalu rimbun untuk mengurangi beban berat pohon tersebut, memperkuat bagian-bagian rumah dan mengganti atap yang telah rapuh, memperhatikan cuaca dan tanda-tanda akan terjadinya puting beliung, dan cepat berlindung atau menjauh dari lokasi kejadian, karena peristiwa fenomena tersebut sangat cepat, serta memperkuat papan iklan dan media yang rawan roboh saat terjadi angin puting beliung.

Sementara itu Kepala BPBD Kabupaten Sleman Drs. Urip Bahagia dalam kesempatan tersebut melaporkan bahwa  tujuan forum tersebut sebagai  wahana penyampaian persepsi penyelenggaraan penanggulangan bencana di wilayah Sleman, mengingatkan bahwa koordinasi saat operasional tanggap darurat merupakan hal yang sangat penting dalam penanggulangan bencana. Lebih lanjut disampaikan Urip Bahagia bahwa titik-titik rawan sungai yang perlu diperhatikan masyarakat adalah 300 meter kanan kiri sungai, daerah diluar belokan sungai, daerah yang mengalami penyempitan aliran, daerah yang elevasinya sama dengan sungai dan daerah yang berada di perpindahan elevasi sungai dari dalam ke dangkal. Dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh masyarakat untuk merespon peringatan dini antara lain m,enjauh dari lokasi bahaya yang diperkirakan, menjauhi sungai/ tidak melintasi sungai. Menuju ke titik kumpul, mengungsi ke tempat pengungsian, mengikuti petunjuk pengungsian melalui jalur evakuasi yang disepakati. Armada standby di titik kumpul, driver armada evakuasi terlatih, bergerak setelah komandan tanggap darurat peringtah ngungsi dan memprioritaskan kelompok rentan.
Ditambahkan pula oleh Urip bahwa dampak tingginya curah hujan di Sleman yang perlu diwaspadai adalah : potensi banjir lahar di Sungai Gendol-Opak, Boyong, Kuning, Krasak. Banjir dan genangan luapan drainase kota, Longsor di Kecamatan Prambanan dan angina kencang kecepatan 65 KM / jam, dampak diwaspadai terjadinya pohon tumbang dan kerusakan benda yang tertiup angin kencang.

Forum tersebut diikuti oleh 150 peserta antara lain para kapolsek yang masuk daerah rawan bencana, kepala desa yang rawan bencana, camat se Kabupaten Sleman, komunitas , perwakilan Korem 072, Kepala rumah sakit angkatan udara, BPPTK.