Dewan Ketahanan Pangan Prop. DIY Lakukan Sosialisasi Di Sleman
Dewan Ketahanan Pangan Prop. DIY Kunjungi Sleman
Dewan Ketahanan Pangan DIY mengadakan kunjungan dan sosialisasi tentang Ketahanan Pangan ke Kabupaten Sleman pada Kamis, 13 Oktober 2011. Menurut Dr. Ir. Kasiani dari Dewan Ketahanan Pangan Prop. DIY kunjungannya di kabupaten sleman adalah dalam rangka mensosialisasikan dan mengintegrasikan berbagai program yang berkaitan dengan ketahanan pangan. Disampaikan pula oleh Kasiani bahwa ketahanan pangan merupakan kewajiban pemerintah. Oleh karena itu pemerintah memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan ketahanan pangan.
Tim diterima oleh Bupati Sleman Sri Purnomo yang didampingi antara lain oleh Asekda bidang pembangunan Dra. Suyamsih, Camat Tempel Herry Sutapa. Sedangkan Tim dari DKP Prop. DIY antara lain Dr. Siti Samsiar, MS, Dr. Ir. Agnes Mardianti, Maardiyanta dll.
Dalam sambutannya Bupati Sleman Sri Purnomo antara lain mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Sleman telah melaksanakan berbagai program atau kegiatan yang bermuara pada upaya pemantaban ketahanan pangan. Berbagai upaya dalam urusan ketahanan pangan tidak hanya berfokus pada peningkatan ketersediaan pangan, pemerataan distribusi pangan dengan harga terjangkau dan tercapainya pola konsumsi pangan yang aman, bergizi dan beragam, namun juga meningkatkan peran masyarakat dan pihak swasta dalam mendukung ketahanan pangan. Program yang dilaksanakan telah mampu mempertahankan surplus pangan pokok, meskipun hasil produksi dan produktivitas mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009 lalu. Penurunan produksi dan produktivitas disebabkan mewabahnya hama wereng coklat sebagai akibat perubahan iklim yang sulit diprediksi di sentra produksi padi wilayah Sleman Barat, dan adanya musibah erupsi besar Merapi di akhir tahun 2010. Dari data situasi produksi pangan pokok tahun 2010, menunjukkan komoditas beras mampu mencapai produksi sebesar 168.158 Ton atau menyusut 8% dari produksi tahun 2009. Produksi jagung mencapai 31.703 Ton atau menyusut 20% dari tahun 2009. Dan produksi Ubi kayu mencapai 20.868 ton atau menyusut 18 % dari tahun 2009.
Walaupun produksi berbagai komoditas pangan pokok mengalami penyusutan, namun Kabupaten Sleman tetap mempertahankan surplus pangan pokok. Pada tahun 2010 terdapat surplus pangan untuk komoditas beras sebanyak 10.480 ton, jagung sebanyak 22.243 ton, kacang tanah sebanyak 2.342 ton, ubi kayu sebanyak 11.157 ton dan ubi jalar 2.218 ton. Berbeda pada produksi pangan pokok yang mengalami penurunan, produksi perikanan justru mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, produksi ikan konsumsi mencapai 14.574, 68 ton, ikan hias mencapai 11.445.500 ekor, dan benih ikan mencapai 785.857.500 ekor. Peningkatan jumlah produksi ikan konsumsi pada tahun 2010 sebesar 17,29%, terjadi karena adanya peningkatan produktivitas kolam, jumlah kelompok pembudidaya meningkat 16,61% menjadi 379 kelompok, peningkatan produktivitas alat tangkap perairan umum, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pembudidayaan ikan. Salah satu sentra pengembangan perikanan di Kabupaten Sleman ini adalah di wilayah Kecamatan Berbah. Bahkan, untuk lebih meningkatkan produktivitas perikanan di Berbah, Pemkab Sleman telah menetapkan Kecamatan Berbah sebagai Kecamatan Mina Politan.
Disampaikan pula bahwa aspek ketersediaan pangan di Kabupaten Sleman pada tahun 2011 ini meliputi luas panen seluas 44.398 Ha dengan tingkat produksi pangan mencapai 264.317 ton dengan lumbung pangan sebanyak 71 buah. Kegiatan yang telah kami laksanakan diantaranya berupa pemberian bantuan sosial pemberdayaan desa rawan pangan (DRP) bagi 21 kelompok di kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi, Ngemplak dan Ngaglik. Selain itu juga pemberian bantuan sosial pemberdayaan desa mandiri pangan (Demapan) di 2 desa.
Bupati juga mengatakan bahwa keberhasilan ketahanan pangan perlu dukungan sepenuhnya dari seluruh masyarakat dan adanya sinergi maupun koordinasi berbagai program dan kegiatan sehingga dapat berjalan optimal di lapangan. Dalam mewujudkan ketahan pangan secara mandiri tidak bisa dilakukan oleh sebuah instansi saja namun perlu sinergi lintas sektoral sehingga masyarakat mampu menciptakan ketersediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan.