Sejumlah  16 mahasiswa dari University of Michigan melakukan kunjungan lapangan yang berlangsung dari tanggal 16 – 19 Mei di Yogyakarta. Selain Kabupaten Sleman, para mahasiswa ini juga menghadiri beberapa daerah lain diantaranya Solo, Bantul, Kota Yogyakarta, dan Bali  sebagai tujuan akhirnya. Kepala rombongan, Agustin memaparkan bahwa studi lapangan ini merupakan salah satu kegiatan dalam program GIEU ( Global Interculture Experience for Undergraduate) Program Studi Asian Languages and Cultures. Kunjungan lapangan tahun ini mengambil tema Preserving Ecology and Local Culture in a Global World  (melestarikan ekologi dan budaya lokal) yang memfokuskan pada dampak erupsi Gunung Merapi terhadap kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan hidup.
Kegiatan ini bertujuan untuk menginformasikan secara komprehensif mengenai dampak erupsi Merapi terhadap kehidupan masyarakat Kabupaten Sleman khususnya yang bertempat tinggal di sekitar Gunung Merapi serta untuk menginformasikan upaya-upaya yang tengah dilakukan sehingga dapat melibatkan mahasiswa secara langsung dalam upaya-upaya tersebut. Demikian seperti yang disampaikan oleh Drs. Bambang Irawan, MSi dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang mendampingi rombongan ini selama berada di Indonesia.
Kunjungan ini difasilitasi oleh perwakilan dari beberapa SKPD terkait erupsi Gunung Merapi yaitu Dinas Pertanian Perikanan Kehutanan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja Sosial Transmigrasi dan Dinas Sumber Daya Alam Air, Energi dan Mineral. Dalam sesi tanya jawab sejumlah pertanyaan diajukan terkait penanggulangan bencana serta upaya-upaya bantuan yang tengah dilakukan Pemkab Sleman kepada masyarakat yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi yang saat ini masih berada di hunian sementara. Yang menarik dari diskusi ini adalah keterbukaan informasi yang dipaparkan oleh masing-masing perwakilan SKPD yang hadir. Diantaranya seperti yang dilaporkan oleh Edi Samekto dari  Dinas Sumber Daya Alam Air, Energi dan Mineral yang mengemukakan bahwa hingga saat ini sejumlah 41 saluran irigasi dari total 93 saluran  belum tertangani.  Hal ini menyebabkan sejumlah 4234 hektar lahan pertanian belum dapat berproduksi kembali. Selain itu,
disampaikan juga oleh Kepala Bidang Transmigrasi, Wahyudin Santoso menyampaikan bahwa masih banyak warga Merapi yang masih menghuni daerah rawan bahaya.
Usai sesi  tanya jawab rombongan kemudian melanjutkan kunjungannya untuk melihat persedian logistic bagi korban erupsi yang tersedia di Disnakersos. Selanjutnya rombongan juga meninjau hunian sementara di Plosokerep dan Gondanglegi.