Sleman Kembali Galakkan Gerakan Jumat Bersih
Tim Gerakan Jum’at Bersih pada hari Jumat tanggal 4 Februari 2011 mendatangi 66 rumah yang ada di Dusun Gondangan, Penen, Sendangadi, Kecamatan Mlati Sleman. Dari 66 rumah tersebut yang positif ada jentiknya 14 rumah hingga ABJ (Angka bebas jentik) nya 76,66 %, padahal seharusnya diatas 95%. Di Dusun tersebut yang diduga kena Demam Berdarah 5 orang, tetapi yang positif hanya 2 orang.
Tim Jumat Bersih terdiri atas petugas dari Dinas Kesehatan, Bappeda, Bagian Kesra, Dikpora, TP PKK, Depag, Kodim 072 Sleman, Koramil Sleman. Tim Jumat Bersih dipimpin oleh Kabid P2PL(Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) dr Cahya Purnama, M.Kes .
Dalam kesempatan tersebut dr Cahya Purnama berpesan agar masyarakat selalu memperhatikan kebersihan lingkungan, termasuk tutup botol atau tampungan air di dispenser dan kulkas maupun barang-barang yang berpotensi untuk genangan air, karena di tempat tersebut dimungkinkan untuk sarang nyamuk. Nyamuk begitu menetas langsung menularkan virus.Termasuk di tempat masjid, dalam bak penampungan air seharusnya dikuras paling tidak seminggu sekali. Yang juga perlu diperhatikan adalah tidak hanya bersih lingkungan di luar rumah, tetapi kebersihan dalam rumah harus diperhatikan pula. Selain itu pencegahan DB dengan 3 M plus ( Menutup, Menguras, mengubur,) plusnya yaitu ikanisasi.
Disampaikan pula bahwa Foging bukan satu-satunya pencegahan DB, tetapi lebih baik dengan pemusnahan jentik. Mengingat kalau dengan foging efek yang ditimbulkan akan bahaya karena menggunakan insektisida. Oleh karena itu kalau foging dilakukan sendiri harus hati-hati dengan bahaya insektisidanya. Yang lebih penting adalah pengendalian lingkungan atau jentiknya itu lebih efektif.
Berdasarkan data pada tahun 2009 kasus DB di Kab Sleman mencapai 551 dengan 5 meninggal dunia, sedangkan tahun 2010 Kasus DB di Kab Sleman mencapai 603 kasus dengan 3 meninggal dunia. Atau dibanding tahun lalu terjadi kenaikan 52 kasus atau 9,43 % dan penurunan jumlah kematian dari 5 menjadi 3. Kematian tersebut dipastikan karena sebab DBD setelah dilakukan Audit terbatas kematian DBD oleh nara sumber ahli dari RSUP Sardjito.
Adapun jumlah kasus DBD terbanyak 2010 adalah : Kecamatan Kalasan 143 kasus, Depok 90 kasus, Gamping 84 kasus, Godean 60 kasus, Mlati 52 kasus.
Langkah langkah antisipasi yang dilakukan oleh Dinkes Sleman yaitu :
1. Seruan kewaspadaan dini terhadap DBD sejak memasuki awal musim hujan dengan gerakan 3 M plus.
2. Monitoring Gerakan Jumat Bersih (GJB) sekaligus gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh tim Pokjanal DBD Kabupaten ke kecamatan-kecamatan yang tinggi kasus DBD nya.
3. Pembinaan kepada masyarakat untuk pelaksanaan pemberantasan jentik berkala secara mandiri (PJB Mandiri).
4. Revitalisasi Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL0 DBD Tingkat Kabupaten ke Kecamatan dan desa.
5. Rakor tingkat kabupaten , tingkat kecamatan dan feed back Puskesmas ke desa.
6. Pembinaan lokasi percontohan bebas DBD dengan pengembangan pranata social setempat.
7. Peningkatan pelaksanaan surveilans berbasis masyarakat yaitu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat dengan pengamatan/ pemantauan, melaporkan dan memberikan informasi kepada petugas kesehatan terkait.
8. Penanggulangan DBD melalui kegiatan penyelidikan epidomologi (PE) terhadap setiap laporan kasus DBD, Penyuluhan DBD kepada masyarakat, pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pemberian larvasida secara gratis kepada masyarakat untuk membasmi jentik nyamuk, fogging focus sesuai indikasi.
9. Audit terbatas kematian DBD dengan menghadirkan nara sumber ahli untuk memastikan sebab kematian, serta berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta untuk penerapan SOP/Protap penanganan DBD terbaru.