PKK Ajak Warga Optimalkan Pekarangan Rumah
Desa Sumberejo, Kecamatan Tempel Wakili Kabupaten Sleman Maju Lomba Halaman, Asri, Teratur, Indah dan Nyaman (Hatinya) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Tim penilai yang terdiri dari lima orang mengawali verifikasi lapangan di Dusun Sangularang, Sumberejo, Tempel pada Senin (9/9/19).
Bupati Sleman, Sri Purnomo bersama Ketua TP PKK Kabupaten Sleman, Kustini Sri Purnomo menyambut langsung kedatangan tim penilai tersebut. Sri Purnomo mengatakan bahwa dengan adanya program Hatinya PKK, masyarakat tidak lagi harus membeli sayuran karena sudah tersedia di pekarangan. “Dengan menjalankan program ini masyarakat tidak perlu lagi mengeluarkan banyak uang karena kebutuhan gizi bisa tercukupi melalui pemanfaatan pekarangan. Ini sudah barang tentu menghemat pengeluaran rumah tangga yang berdampak pada meningkatnya kesejahteraan keluarga,” jelasnya.
Ia juga berharap kegiatan tersebut dapat terus berjalan pada masyarakat Sangularan dan tidak hanya karena lomba saja. Terlebih program Hatinya PKK dapat memberikan manfaat secara langsung pada masyarakat. Ketua Tim Penggerak PKK Desa Sumberejo, Ika Puji Astuti menjelaskan bahwa ada 6 dusun yang menjadi sampel dalam lomba ini. Dusun tersebut yaitu Sangularan, Gadingan, Gaten, Tegal, Ngemplak dan Gendol Kulon.
Ika menjelaskan terdapat lima program unggulan di Desa Sumberejo, yaitu penerapan menu B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) lewat Pemberian Makanan Tambahan (PMT) balita sebagai wujud antisipasi gizi buruk dan stunting. Kedua yaitu Hatinya PKK menitikberatkan pada pemanfatan lahan pekarangan. Ketiga setiap ayam warga wajib dikandangkan dan keempat yaitu teknologi aeroponik. “Program unggulan kelima yaitu pengenalan penanaman sejak dini,” kata Ika.
Sementara itu Pimpinan rombongan Tim penilai lomba Hatinya PKK, Asiantini berharap Sleman bisa mewakili DIY dalam lomba Hatinya PKK tingkat nasional. Melalui program tersebut dirinya juga berharap agar menanam pada pekarangan bisa menjadi budaya di masyarakat. “Kalo sudah menjadi kebudayaan, tentunya kebutuhan sehari-hari seperti sayur-mayur dan buah-buahan tidak usah beli,” jelasnya.