Gebyar Batik Sleman 2018 dibuka oleh Ketua Dekranasda DIY, GKR Hemas bertempat di Pawon Semar Hotel Alana Jalan Palagan tentara Km 7 Ngaglik Sleman pada Jumat (24/8/2018).  Pembukaan tersebut di damping oleh Bupati Sleman, Wakil Bupati Sleman, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman.

Gebyar Batik Sleman 2018 diselenggarakan dengan tujuan untuk mendukung pelaksanaan Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2018 sebagai upaya untuk mempertahankan predikat Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia (World Batik City) yang setalah memenuhi tujuh kriteria ditetapkan oleh World Craft Council(WCC).

Event yang bertemakan “Innovation for Sustainable Future” tersebut berlangsung dari tanggal 24 – 26 Agustus 2018. Selain itu, pada event tersebut juga terdapat 60 Bazaar dan Pameran batik IKM batik yang terdiri dari 50 stan untuk IKM Sleman, 5 stan untuk Kabupaten Gunung Kidul, dan 5 stan untuk DIY, Fashion showworkshop ayo membatik, dan talkshow.

Ketua Dekranasda DIY, GKR Hemas dalam sambutannya menyampaikan penghargaan Yogyakarta sebagai batik dunia tersebut di raih karena kegigihan Yogyayakarta untuk mempertahankan batik – batik yang tetap yang menjadi acuan tradisi. Selain itu, Faktor lain salah satunya yang menjadi penilaian ialah bahwa Yogyakarta memiliki balai batik dan juga penilaian bagi pembatik yang ada di yogayakarta, termasuk salah satunya adanya pembelajaran batik di sekolah – sekolah guna menjaga keberlangsungan tradisi membatik itu sendiri.

Ia berharap Yogyakarta mampu mempertahankan  predikat Kota Batik Dunia yang akan kembali dinilai oleh World Craft Council (WCC) pada oktober 2018. Sementara itu Bupati Sleman Sri Purnomo dalam sambutannya Sebagai komitmen Pemerintah Kabupaten Sleman dalam mendorong perkembangan batik di Sleman, Pemerintah Kabupaten Sleman telah menetapkan Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun 2015 tentang Tata Kelola Batik Sleman.

“Melalui Perbup ini hasil karya batik Sleman memiliki payung hukum dan perlindungan, sebagai upaya kami dalam menjaga originalitas batik Sleman,” kata Sri Purnomo. Selain itu, dalam rangka memotivasi para pengrajin batik dalam menggunakan pewarna alam, Pemerintah Kabupaten Sleman bekerja sama dengan Dekranasda juga aktif memberikan ruang bagi pengrajin melalui pelaksanaan lomba batik warna alam. “Melalui corak batik juga mampu menjaga kelestarian alam Sleman itu sendiri, dengan mulai beralih ke bahan-bahan yang ramah lingkungan,” kata Sri Purnomo.

Ia berharap terselenggaranya kegiatan ini tidak hanya dapat semakin mendeklarasikan Yogyakarta sebagai kota batik di mata dunia, namun juga mampu semakin menggeliatkan keberadaan batik di Sleman khususnya maupun Kabupaten/Kota DIY lainnya. Sebelumnya pada pembukaan tersebut para tamu undangan disuguhi Tari Parijata Sinangling oleh Sanggar tari Kembang Sakura binaan dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman dan pertunjukan Fashion Show finalis lomba desain busana Sleman.