Dalam rangka memperingati Jumenengan Ndalem Sri Sultan Hamengku Buwono X, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar Upacara Adat Labuhan Merapi, Senin (16/4) bertempat di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman. Labuhan merapi ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya, yaitu pada tangal 30 Rejeb kalender Jawa.

Bupati Sleman, Sri Purnomo dalam sambutannya yang dibacakan oleh Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Sleman, Purwatno Widodo, mengatakan bahwa Upacara Labuhan ini dimaknai sebagai sebuah persembahan doa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Ia mengatakan upacara ini juga merupakan bentuk rasa syukur dan doa bagi keselamatan Raja Keraton Ngayogkarto Hadiningrat yang senantiasa mengayomi dan memimpin rakyatnya dengan penuh cinta.

“Sebuah kedekatan antara masyarakat dengan rajanya yang dimaknai dengan masih adanya kepercayaan, penghargaan, dan penghormatan kepada rajanya.” KataPurwatno Widodo.

Purwatno Mengatakan Labuhan yang didasari oleh pandangan hidup yang terwujud dalam etika keseharian bagaimana masyarakat jawa berbuat, sehingga dari aktivitas tersebut tercipta sebuah keselarasan dengan alam dan lingkungan.

Ia menghimbau dengan banyaknya pengaruh budaya modern yang masuk pada zaman sekarang, diharapkan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Kinahrejo dan sekitar merapi perlu terus di pupuk dan dikembangkan lagi karena budaya seperti Labuhan Merapi ini merupakan aset kekayaan budaya yang harus terus dilestarikan.

Senada dengan Purwatno,  Juru Kunci Gunung Merapi, Mas Asih atau Mas Lurah Kliwon Suraksohargo, mengatakan bahwa upacara adat tersebut merupakan wujud rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain itu, menurutnya Labuhan Merapi juga bertujuan untuk memohon perlindungan dan keselamatan untuk seluruh warga masyarakat Yogyakarta.

Lebih lanjut dia berharap agar tradisi Labuhan Merapi tersebut dapat lestari di tengah tantangan modernisasi. Terlebih menurutnya generasi muda harus bisa melestarikan dan mengembangkan tradisi budaya tersebut.

“Harapannya para kaum muda bisa tau tentang budaya, dan bisa mempelajari tentang budaya. Semoga budaya ini bisa berkembang dengan baik, sehingga masyarakat itu paham tentang budaya,” ungkapnya.

Prosesi pada hari Senin ini dimulai dengan mengarak gunungan dan ubo rampe dari Kantor Kecamatan Cankringan menuju Petilasan Rumah Mbah Maridjan. Kemudian gunungan dan uborampe tersebut secara seremonial diserahkan oleh Camat Cangkringan dan di terima oleh Juru Kunci Merapi. Acara siang itu diakhiri dengan berebut isi gunungan yang terdiri dari macam-macam hasil bumi.

Labuhan Merapi akan dilanjutkan pada hari Selasa (17/4) besok menuju ke atas Gunung Merapi dengan membawa ubo rampe. Kemudian acara dilanjutkan dengan prosesi ritual dan doa. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara akan ditutup dengan pembagian nasi berkat kepada masyarakat.