Minat baca di Indonesia berdasarkan studi Most Literred Nation in the Word tahun 2016 menunjukkan rendahnya minat baca di kalangan masyarakat Indonesia. Pada studi tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat 60 dari 61 negara. Kondisi tersebut menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, Ir. A.A. Ayu Laksmi Dewi Tri Astika Putri, MM., disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya, menurut Ayu, kurang tersedianya sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Ditemui di ruang kerjanya, Selasa (10/4), Ayu menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan upaya untuk mendukung ketersediaan sarana dan prasarana perpustakaan di Kabupaten Sleman. Ayu mengatakan perpustakaan milik sekolah, desa atau taman baca bisa meminjam buku dari Perpustaan Daerah Kabupaten Sleman melalui program Silang Layan. Dengan program tersebut, perpustakaan-perpustakaan yang ada di  Kabupaten Sleman bisa meminjam maksimal 100 buku selama 2 bulan secara gratis.

“Karena kita menyadari salah satu faktor rendahnya minat baca adalah kurangnya jumlah buku, maka kita adakan layanan Silang Layan namanya. Tapi harus ada MoU dulu dengan kita, biar gampang kontrolnya,” ungkap Ayu.

Lebih lanjut Ayu berharap Pemerinta Desa sebagai lembaga yang paling dekat dengan masyarakat, turut berperan aktif dalam meningkatkan minat baca di lingkungannya. Dia mengatakan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Inspektorat Kabupaten Sleman untuk membangun Perpustakaan Desa. Kemudian, lanjutnya, disepakati untuk membuat program Rintisan Desa Gemar Membaca, sebagai kepanjangan tangan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman. Menurutnya desa rintisan tersebut nantinya akan menjadi desa mandiri, yang kemudian akan membina perpustakaan yang ada di dusun-dusun.

“Ada regulasi yang bentuknya Undang-Undang Nomer 43 tahun 2007. Isinya desa itu wajib menyelenggarakan Perpustakaan Desa. Harusnya tidak ada lagi keraguan untuk Pemerintah Desa,” tegasnya.

Dikatakan pula olehnya, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman juga mempunya program Wisata Pustaka. Program ini ditujukan untuk sekolah yang berprestasi atau sekolah yang lokasinya jauh dari perpustakaan. Siswa dari sekolah-sekolah tersebut dijemput oleh pihak Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, kemudian dibawa ke Perpustakaan Daerah untuk diberi Story Telling.

“Setelah itu anak-anak kita bawa ke sumber pustaka, entah itu Candi Prambanan, museum. perpustakaan DIY, atau mana saja. Setelah itu kita suruh-anak-anak untuk menulis,” jelas Ayu.

Disamping itu, Ayu juga menuturkan pihaknya telah menyediakan Perpustakaan Keliling dengan menggunakan 5 armada milik Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman. Kelima armada tersebut menurut Ayu selalu keliling setiap hari di lima sampai tujuh lokasi.

“Masih ada banyak lagi yang kita upayakan, seperti sosialisasi kepada Kepala Sekolah, sosialisasi kepada Kepala Desa, Bimtek Pengelolaan Perpustakaan, Bimtek Story Telling, dan masih banyak lagi,” kata Ayu.

Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman tersebut menunjukkan hasil yang positif. Pada tahun 2017 lalu, realisasi presentase minat baca di Kabupaten Sleman menunjukkan angka sebesar 57,47%. Sedangkan targetnya adalah sebesar 57,22%. Artinya, menurut Ayu, peningkatan minat baca di Kabupaten Sleman telah mencapai target yang telah ditetakan.

“Itu pendekatannya dari pengunjungan perpustakaan dibanding dengan populasi yang dilayani,” jelasnya.