Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabuapten Sleman kembali menggelar Gladi Lapang Sekolah Siaga Bencana (SSB) di SMK Muhammadiyah Prambanan, Rabu (7/3). Sebanyak 30 orang yang terdiri dari guru, siswa dan karyawan dikukuhkan menjadi Tim Siaga Bencana di sekolah tersebut.

Bupati Sleman, Sri Purnomo, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Plt Kepala BPBD Sleman, Joko Supriyanto, mengucapkan selamat kepada SMK Muhammadiyah Prambanan atas terbentuknya tim siaga bencana di lingkungan sekolahnya. Ia berharap tim tersebut terus meningkatkan wawasan kebencanaan dan menjadi agen penanggulangan bencana tidak hanya di lingkungan sekolah tapi juga di lingkungan masyarakat.

Lebih lanjut Joko menjelaskan bahwa paradigma penanggulangan bencana tidak lagi dititik-beratkan pada penanganan kedaruratan. Menurutnya penanggulangan bencana juga merupakan upaya pengurangan resiko bencana. Oleh karenanya, Joko berharap mitigasi bencana harus menjadi bagian dari budaya dan local wisdom masyarakat Sleman.

“Mitigasi bencana harus diperkenalkan dan diajarkan di bangku sekolah, bahkan sejak jenjang paling bawah,” tutur Joko.

Sementara itu, Iskak Riyanto selaku Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Prambanan berharap siswa mampu memahami upaya yang harus dilakukan ketika terjadi bencana. Sehingga, lanjut Iskak, ketika benar-benar terjadi bencana dapat diinimalisir jatuhnya korban.

“Jadi seperti di negara maju, Eropa dan Amerika itu ketika ada bencana besar seperti itu korbannya cuma sedikit. Harapan kami anak-anak yang telah mengikuti simulasi penanggulangan bencana ini tidak menjadi korban ketika bencana terjadi,” jelas Iskak.

Dengan dikukuhkannya SMK Muhammadiyah Prambanan ini, Kabupaten Sleman telah memiliki 51 Sekolah Siaga Bencana. Pada tahun 2018 ini Pemerintah Kabupaten Sleman mentargetkan untuk membentuk 8 SSB. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sleman juga telah membentuk 36 Desa Tangguh Bencana (Destana). Seperti halnya SSB, Pemerintah Kabupaten Sleman juga mentargetkan untuk membentuk 8 Destana pada tahun 2018 ini.