Feb
6
Menaker Buka Jambore Keluarga Migran Di Turi
Perspektif sebagian masyarakat menganggap pilihan bekerja menjadi buruh migran diluar negeri lebih karena kepepet. Padahal, bekerja baik didalam maupun luar negeri merupakan suatu peluang untuk meningkatkan perekonomian bangsa dan masyarakat. Hal tersebut disampaikan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Muhammad Hanif Dhakiri pada pembukaan acara Jambore Keluarga Migran Indonesia di Desa Wisata Garongan, Turi, Sleman pada Minggu (4/2).
Hanif mengatakan bahwa bekerja menjadi migran merupakan pekerjaan yang baik dan mulia serta berkontribusi menurunkan kemiskinan. Berdasarkan hasil survey, 22% penurunan kemiskinan di Indonesia di kontribusikan oleh pekerja migran dengan remitansi rata-rata Rp 120 Triliyun per tahun,” jelasnya.
Menurutnya, menjadi pekerja migran bukan merupakan dunia yang suram seperti yang terkekspose pada beberapa kasus di media. “Sekitar 9 juta orang bekerja diluar negeri dan yang bermasalah hanya 2% saja. Banyak cerita-cerita keberhasilan namun tidak terkspose dimedia,” katanya.
Hanif berharap melalui kegiatan jambore tersebut dapat menjadi wahana untuk mendorong dan merumuskan pokok pikiran yang bisa diberikan pada pemerintah dalam rangka memperbaiki tata kelola imigrasi dan perlindungan Indonesia baik di dalam maupun luar negeri.
Ketua Panitia Jambore Keluarga Migran Indonesia 2018, Nursalim mengatakan bahwa kegiatan yang diinisasi oleh Dompet Dhuafa melalui Migrant Institute berlangsung dari tanggal 3-5 Februari 2018. “Peserta yang mendaftar mencapai 1300 orang dari berbagai daerah seperti NTB, Jatim, Jabar, Jateng, Kalimantan. Namun hari ini baru hadir sekitar 1.170 orang dan masih akan terus bertambah,” katanya.
Kegiatan ini menurutnya didasari oleh berbagai persoalan di kampung halaman yang dihadapi Pekerja Migran Indonesia (PMI) setelah mereka pulang dari negara penempatan. “Mereka harus berhadapan dengan persoalan lapangan pekerjaan yang kian menyempit, disaat uang remitansi yang dikirimkannya tiap bulan tidak cukup untuk membuat sebuah usaha secara mandiri,” katanya.
Menurutnya untuk memutus siklus migrasi dan permasalahan yang dialami PMI tersebut maka diperlukan sebuah instrumen kemandirian. “Oleh karena itu, Keluarga Migran Indonesia (KAMI) hadir sebagai pilihan kelembagaan yang memfasilitasi proses kemandirian ekonomi PMI dan keluarganya melalui pengembangan potensi diri dan lingkungan,” tutur Nursalim.
Dalam jambore tersebut, selain menampilkan berbagai display produk usaha mandiri PMI juga dilakukan berbagai kegiatan lain seperti sapa warga (pengenalan produk usaha PMI) , sarasehan, dan 5 kelas workshop tematik.
Sementara itu Bupati Sleman yang turut hadir pada kesempatan tersebut memberikan apresiasi atas dipilihnya Sleman sebagai tempat penyelenggaraan acara Jambore Keluarga Migran 2018. Terkait pembekalan dalam menghadapi dunia kerja, Pemkab Sleman melalui Dinas Tenaga Kerja juga telah memberikan pelatihan-pelatihan untuk membekali para pencari kerja agar memiliki skill dan mampu bersaing di dunia kerja.