Kirab upacara adat Saparan Bekakak Ambarketawang Gamping dibanjiri pengunjung, Jum’at, 3 November 2017. Acara yang digelar secara rutin setiap bulan Sapar ini menyedot perhatian banyak pengunjung baik dari wilayah DIY maupun luar DIY. Terbukti  sejak siang  hari ribuan masyarakat   sudah memenuhi lapangan  Ambarketawang yang menjadi tempat pembukaan upacara dan juga disepanjang  jalan menuju prosesi akhir upacara, yaitu di gunung Gamping yang berjarak tiga kilometer dari lapangan Ambarketawang. Bukan itu saja, untuk memperlancar arak-arakan, panitia juga menutup  jalan Wates. Mulai dari perempatan Klangon di sebelah Barat dan Ringroad Gamping di sebelah Timur.

Dalam upacara tersebut warga mengkirab dua pasang temanten Bekakak,  ogoh-ogoh, serta berbagai sesajen yang dipergunakan dalam ritual  upacara. Sejumlah bergodo prajurit turut serta dalam kirab tersebut. Upacara dimulai pada pukul 15.00 WIB,  diawali dengan penampilan reog dari Gamping dan pelepasan sepasang burung merpati oleh Kepala Desa Ambarketawang, Kepala Dinas Kebudayaan Sleman serta pemecahan kendi oleh Camat Gamping. Kemudian dilanjutkan kirab bergodo  yang berasal dari wilayah Ambarketawang dan daerah lain, ogoh-ogoh buto raksasa dan dua pasang boneka yang nantinya akan disembelih saat prosesi di  gunung Gamping,  dilanjutan dengan bergodo lagi dan terakhir kirab kelompok kesenian, seperti reog, jatilan dan kesenian lainnya.

Kepala  Dinas Kebudayaan  (Disbud) Sleman Aji Wulantara mengatakan upacara saparan Bekak ini bukan saja bentuk pelestarian budaya,  namun lebih dari itu juga sebagai aset pariwisata budaya di Sleman. Untuk itu Aji mengharapkan agar pelaksanaanya terus dapat ditingkatkan dan ditata lebih baik lagi.  “Dengan begitu bukan saja akan menjadi daya tarik wisata dan wisatawan  namun juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Aji.

Menurutnya apa yang dilakukan masyarakat Ambarketawang dalam menguri-uri budaya ini bukan hanya patut mendapat apresiasi, namun juga kebanggaan. Sehingga agar tradisi ini tetap tumbuh dan berkembang, bukan hanya menjadi tanggungjawab warga Ambarketawang namun juga harus mendapat dukungan dari semua pihak.  Pemkab sendiri  terus akan memberikan dukungan. “Pelestarian budaya ini, juga untuk membendung masuknya budaya asing  sehingga  budaya tradisional tetap eksis,” ungkapnya.

Dukuh Gamping Kidul,  Ambarketawang, Gamping, Bambang Cahyono mengatakan upacara ini dilatarbelakangi ritual tolak bala yang  dilakukan warga Gamping. Kegiatan tersebut kemudian terus dilestarikan  sebagai event budaya tahunan. “Kegiatan ini merupakan bagian dari pelestarian budaya leluhur,” paparnya.

Sementara itu Camat Gamping Abu Bakar mengungkapkan selain merupakan acara event budaya tahunan yang digelar, acara ini bisa membangkitkan jiwa dan semangat kegotongroyongan warga Gamping, kekeluargaan dan kebersamaan. Masyarakat secara sukarela ikut dalam kegiatan ini dengan berbagai potensi seni dan budaya yang mereka miliki. Selain kegiatan ini juga bisa menumbuhkan ekonomi lokal karena masyarakat bisa berjualan ditengah-tengah keramaian rangkaian acara Saparan Ambarketawang, sehingga mereka dapat keuntungan dengan acara yang digelar.