Okt
22
Tombak Kyai Turunsih Dijamas
Pusaka Kabupaten Sleman Tombak ‘Kyai Turunsih’ dijamas Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta, Jumat (20/10) di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman. Prosesi jamasan diawali dengan pengambilan tombak pusaka yang disimpan di ruang kerja Sekda Kabupaten Sleman yang kemudian dibawa menuju Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman.
KMT Condropurnomo selaku sesepuh abdi dalem Kabupaten Sleman menyampaikan bahwa jamasan semata-mata dilakukan untuk membersihkan dan menjaga benda warisan leluhur agar awet. Prosesi jamasan tersebut dilengkapi dengan ubarampe seperti bunga setaman, menyan, jajan pasar, dan pisang sanggan. Ubarampe ini merupakan syarat yang telah menjadi tradisi semenjak nenek moyang dahulu. Syarat tersebut tidak diartikan sebagai sesuatu hal yang mistis tapi lebih pada nilai filosofinya. “Seperti menyan sebenarnya sebagi wewangian yang mendatangkan ketenangan disekitar area jamasan, dan juga pisang sanggan diartikan supaya abdi dalem bisa menyangga beban pekerjaannya ketika melakukan jamasan,” kata Condro.
Jamasan pusaka Tombak ‘Kyai Turunsih’ dilakukan sekali setahun di bulan Suro setelah Keraton Ngayogyakarta melakukan jamasan keseluruhan pusakanya. Menurut Condro, tombak ‘Kyai Turunsih’ memiliki dhapur (pangkal) cekel beluluk Ngayogyakarta dan pamor beras wutah (wos wutah) wengkon. Pamor wos wutah dipercaya sebagai perlambang rezeki dan sesuai dengan kondisi Sleman sebagai gudang berasnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain Tombak Kyai Turunsih, Sleman juga memiliki pusaka Kyai Mego Ngampak yang merupakan paring dalem (pemberian keraton).
“Tombak ini juga sebagai simbol kepemimpinan, didalam juga terdapat dua pelita yang filosofinya pemimpin di Sleman mendapat pencerahan, luas wawasannya, bijak dalam berfikir, serta dapat mengayomi seluruh masyarakat Sleman sehingga bisa toto tentrem karto raharjo,” tambahnya.