Masyarakat Sleman Kurang Konsumsi Sayur dan Buah
Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman Dra. Suyamsih, dalam laporannya mengatakan berdasarkan survey konsumsi pangan tahun 2016 yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan maka skor Pola Pangan Harapan (PPH) aktual adalah 87,1 dari skor ideal 100. Hal ini mengindikasikan bahwa pola konsumsi masyarakat Sleman masih kurang beragam, bergizi dan seimbang. Apabila skor PPH tersebut dibedah lebih mendalam, terdapat indikasi bahwa masyarakat Sleman kurang dalam mengkonsumsi sayur dan buah. Hasil pemetaan konsumsi buah dan sayur menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan yang tergolong wilayah pertanian justru skor PPH sayur dan buah cenderung lebih rendah dibanding wilayah kecamatan lainnya.
Hal ini diungkapkan Suyamsih dalam acara peringatan hari pangan se Dunia, Selasa, 19 Sept 2017 bertempat di Halaman Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman. Berangkat dari kondisi tersebut, mulai awal tahun 2017 Dinas lebih intensif menggarap pemanfaatan pekarangan warga untuk memproduksi tanaman sayur dan buah melalui kegiatan yang berbasis wanita (KWT, PKK, Dasa Wisma dan sebagainya). Kegiatan-kegiatan seperti ini diharapkan selain dapat meningkatkan skor PPH juga dapat menghemat belanja keluarga maupun meningkatkan pendapatan keluarga dari sayur dan buah yang mereka tanam.
Sementara itu Bupati Sleman Sri Purnomo dalam sambutannya menyampaikanbahwa perubahan iklim akibat pemanasan global serta serangan hama mengakibatkan terganggunya produksi berbagai komoditas pangan sehingga menyebabkan naiknya berbagai kebutuhan pangan. Namun jika kita merenung, kondisi ini, sebenarnya juga disebabkan karena kita kurang mandiri dan sangat tergantung dengan produk-produk pangan dari luar. Oleh karena itu, kita harus mandiri, kita harus mampu memproduksi sendiri berbagai komoditas pangan. Bahkan kita bisa menjadi produsen, yang tidak lagi menjadi penerima harga, namun menjadi pihak yang menentukan harga.
Menurut Bupati kemandirian ini, harus dimulai dari lingkup yang kecil, yaitu keluarga. Masing-masing keluarga harus berupaya menjadi produsen berbagai komoditas pangan. Tidak harus terlebih dahulu memiliki modal yang besar, atau lahan yang luas, tetapi cukup dengan kemauan serta pekarangan sekitar, kita jadikan modal dalam mewujudkan kemandirian pangan ini. Di sekitar kita, seringkali kita jumpai lahan-lahan pekarangan yang terbengkalai. Kita harus menjadikan pekarangan kita sebagai lahan yang produktif. Terlebih lahan pertanian yang semakin menyempit dari tahun ketahun, membutuhkan terobosan dan kreativitas untuk tetap bisa mewujudkan ketahanan pangan. Dengan ketekunan dan keseriusan, kita usahakan berbagai komoditas pangan, pertanian, perkebunan, peternakan, atau perikanan. Jika hal ini bisa kita wujudkan maka hasilnya akan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bahkan kita bisa berkreasi dan menjualnya sehingga bisa menambah penghasilan keluarga kita. Jika gerakan ini menjadi gerakan yang massif seluruh masyarakat Sleman, maka kemandirian pangan di Kabupaten Sleman akan semakin terwujud. Yang pada akhirnya, akan semakin mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera.
Bupati Sleman Dra. H. Sri Purnomo, MSI yang menghadiri acara didampingi Istri selaku Ketua Tim Penggerak PKK Sleman, menyerahkan alat-alat pertanian secara simbolik berupa 6 unit traktor, 4 unit ganset, 15 unit hand traktor, 15 kultivator dan perajang yang merupakan bantuan sarana produksi bersumber dari Dana APBD Kabupaten Sleman. Tidak hanya itu Bupati juga menyerahkan Kartu Tani secara simbolik sejumlah 55.406 tahap 1 di Kabupaten Sleman. Dalam acara ini juga dihadirkan para prestator dalam rangkaian acara HPS Tingkat DIY, Juara Desa Mandiri Pangan tingkat DIY dan Prestator Adhikarya Pangan Nusantara Tingkat DIY tahun 2017.