Sebagai wujud kepedulian dan perhatian Pemkab Sleman terhadap kelestarian kehidupan seni tradisional kethoprak,  Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman kembali menggelar Festival Kethoprak Tingkat Kabupaten Sleman 2017. Kegiatan tersebut berlangsung 19-27 Agustus 2017 mulai pukul 19.00 WIB di Lapangan Sendangagung Minggir,  Sleman.
Kepala Dinas Kebudayan Sleman HY Aji Wulantara menyampaikan bahwa festival tersebut diikuti 17 grup dari masing-masing kecamatan di Kabupaten Sleman. Para peserta pada festival ini menurutnya akan memperebutkan hadiah total sebesar Rp59.500.000 dengan perincian untuk penyaji terbaik 1 memperoleh hadiah sebesar Rp10.000.000 penyaji terbaik 2 Rp7.500.000, penyaji terbaik 3 Rp6.000.000, penyaji terbaik 4 Rp.5.500.000,-, penyaji terbaik 5 Rp.4.000.000, penyaji terbaik 6 Rp.3.500.000,- dan penyaji pembinaan terbaik Rp3000.000. “Aspek penilaian dalam festival ini meliputi wiraga,  wirama,  wicara,  tata rias busana, wirasa atau harmonisasi”,  terangnya dalam pembukaan Festival Kethoprak Tingkat Kabupaten Sleman 2017 di Lapangan Sendangagung,  Sabtu (19/8).
Aji menambahkan bahwa usia peserta atau pemain pada festival ini dibatasi maksimal 40 tahun. Hal ini bertujuan untuk regenerasi memunculkan seniman dan seniwati kethoprak muda. “Selain itu kegiatan ini juga sebagai media beraktivifas dan peningkatan kualitas seniman kethoprak guna mempertahankan eksistensi jati diri seniman kethoprak sebagai salah satu akar budaya seni kerakyatan”, tambahnya.
Sementara itu Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun yang juga hadir membuka acara tersebut menyampaikan bahwa Pemkab Sleman menaruh perhatian terhadap berkembangnya seni budaya di masyarakat termasuk kethoprak.  Penyelenggaraan festival tersebut menurutnya mendukung program pemerintah untuk menjadikan kecamatan sebagai pusat pelestarian budaya masyarakat.
“Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya untuk pelaksanaan festival ini.  Melalui kegiatan ini diharapkan generasi muda akan semakin termotivasi untuk lebih mengenal, mengerti sekaligus melestarikan budaya Jawa”, kata Muslimatun.
Muslimatun juga menyampaikan bahwa festival kethoprak tersebut juga merupakan salah satu bentuk menjaga keistimewaan Yogyakarta yang tidak hanya dimaknai secara politik namun juga keistimewaan dalam hal budaya yang adiluhung.” Guna menjaga keistimewaan Yogyakarta,  mau tidak mau kita harus memberdayakan seni budaya lokal yang kedepan dapat memberikan nilai kepada kehidupan masyarakat”, tambahnya.