Dusun  Cibuk Kidul, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan mewakili Kabupaten Sleman dalam Lomba TOGA (Tanaman Obat Keluarga) Tingkat DIY. Tim Evaluasi Kelompok Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Akurpresur/Lomba Toga Tingkat DIY melakukan evaluasi pada Senin (5/6) yang diterima langsung oleh Bupati Sleman.

Bupati Sleman Sri Purnomo berharap dengan adanya evaluasi tersebut mampu menumbuhkan motivasi dan memberdayakan masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan tempat tinggalnya untuk ditanami TOGA. Sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga melalui pengobatan secara tradisional. Selain itu menurutnya dengan budidaya TOGA akan mampu mengurangi kadar polusi udara yang ada di lingkungan kita.

Dikatakan pula oleh Sri Purnomo bahwa mengembangkan TOGA merupakan upaya untuk melestarikan kearifan lokal. Menurutnya metode pengobatan secara tradisional dengan memanfaatkan TOGA merupakan tradisi yang telah wariskan secaraturun-temurun. “Kaya saya dulu pas kena pisau tangan saya cukup dikasih pucuknya daun manding itu ya sembuh. Sudah tidak ada infeksi, tidak ada pendarahan”, jelas Sri Purnomo.

Sementara itu Ketua Tim Evaluasi, drg. Ini Hikmatin mengatakan trend kesehatan masyarakat saat inicenderung mengalami penurunan sejak dua dekade terakhir. Hal tersebut menurut Ini disebabkan oleh menurunnya kesadaran masyarakat untuk mengembangkan dan menkonsumsi TOGA. “Dulutahun 90an tingkat kesehatan masyarakat itu mencapai 80%, tapi data tahun 2010 menunjukkan angka 70%”, kata Ini.

Pada tahun 2016 lalu, terdapat 226 kelompok TOGA yang tersebar di 17 kecamatan yang berada di Kabupaten Sleman. Dari Jumlah tersebut ada sebanyak 186 kelompok TOGA sudah masuk dalam kelompok TOGA binaan kabupaten. Sedangkan dalam tingkat pengelolaannya, sebanyak 37 kelompok TOGA mampu meningkatkan perekonomian keluarga dan dua kelompok TOGA sudah dimanfaatkan untuk agrobisnis.