Intoleransi dan radikalisme menjadi ancaman dan tantangan dalam konteks persatuan yang dapat mengganggu kerukunan bangsa. Mengantisipasi hal tersebut Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) bersama Pemerintah Kabupaten Sleman menggelar Seminar Forum Koordinasi dan Sinkronisasi Memperteguh Kebhinekaan di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Jumat (5/5).

Acara yang bertemakan ‘Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme Guna Memperteguh Kebhinekaan Dalam Rangka Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa’ tersebut menghadirkan narasumber Mantan Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. A. Syafi’I Ma’arif, Mantan Ketua MK Prof. Dr. Mahfud M.D., dan Dr. M. Qodari selaku direktur Indobarometer.

Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa Kementerian Polhukam RI, Ir. Arief Poerboyo Moekiyat, MT, menyampaikan bahwa keanekaragaam bangsa Indonesia sejak dahulu menjadi kekuatan pemersatu bangsa. Kesadaran akan kondisi NKRI yang majemuk atau berbhineka harus disadari masyarakat dan berfikir bahwa Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam namun juga kekayaan SDM yang beragam dan dapat menjadi kekuatan.

Seminar tersebut sebagai wahana untuk mendiskusikan permasalahan kebangsaan antara pemerintah sebagai pengemban kebijakan menyangkut kerukunan umat beragama, suku, serta masalah intoleransi dan radikalisme guna memperteguh kebhinekaan dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Sementara itu Bupati Sleman dalam pembukaan acara menuturkan bahwa dalam hal kerukunan dan persatuan, kearifan lokal masyarakat Sleman yang guyub, komunikatif dan saling peduli,  di dukung oleh aktifitas Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) dan Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB). “Hal ini sesungguhnya merupakan modal yang kuat untuk dapat terus menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat di wilayah Kabupaten Sleman”, kata Sri Purnomo

Menurutnya pemerintah beserta masyarakat Kabupaten Sleman menyambut baik atas diselenggarakannya Seminar Kebhinnekaan yang mengusung tema. “Seminar ini merupakan event strategis bagi kita semua, untuk menyegarkan kembali semangat kesatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika dalam sebuah wadah yaitu Negara  Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai bersama”, tambah Sri Purnomo.

Mahfud M.D., dalam seminarnya menyampaikan bahwa ada yang mencatat akhir-akhir ini telah muncul sikap intoleran dan radikalisme sebagai ancaman bagi eksistensi NKRI. “Sebenarnya mereka itu bukan tidak menerima Pancasila atau ingin radikal dan tidak toleran, melainkan sesungguhnya mencari keadilan dan melakukan protes atas ketidakberesan agar jalannya Negara dan pemerintahan sesuai dengan Pancasila”, kata Mahfud.