Upaya pengembangan lahan tanaman kopi di DIY, khususnya di Kabupaten Sleman, terus dilakukan Pemerintah DIY melalui Gerakan Tanam Kopi (Gertak) yang bertempat di Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Sabtu (24/9). Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Ir. Hendratmojo Bagus, serta Bupati dan Wakil Bupati Sleman.

Hendratmojo menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari program Gerakan Tanam Kopi Indonesia (Gertaki) yang telah dicanangkan oleh Menteri Pertanian pada bulan Januari lalu. Dikatakan ada sebanyak 50 ribu benih tanaman kopi, atau setara dengan 50 hektar, yang diserahkan oleh Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian kepada Pemerintah DIY yang akan ditanam di area lereng gunung Merapi. 
“Seperti kita ketahui, tanah yang mengandung debu vulkanik itu membawa material organik yang dapat mendukung dan merangsang pertumbuhan tanaman, termasuk tanaman kopi,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Ir. Sugeng Purwanto, menyebut hal tersebut sesuai dengan target Pemerintah DIY yang akan menjadikan wilayah Sleman utara sebagai sentra tanaman kopi. Sebab menurutnya, produk kopi DIY saat ini baru bisa memenuhi 10 persen dari kebutuhan dan konsumsi kopi di DIY. Maka dirasa perlu dilakukan perluasan lahan tanaman kopi di DIY guna memenuhi permintaan kebutuhan kopi tersebut.
“Di tahun 2023 akan ada lagi bantuan 500 ribu benih kopi dari Kementerian Pertanian yang akan di tanam di lereng Merapi,” jelasnya.
Sementara itu, Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menerangkan bahwa kopi robusta lebih banyak berkembang di Kabupaten Sleman daripada jenis Arabica. Pada tahun 2021, luas area tanaman kopi arabica mencapai 36,6 Ha, dengan produksi sebesar 17,8 ton biji kering yang tersebar di wilayah Cangkringan, Turi dan Pakem. Sedangkan untuk kopi robusta memiliki luas area tanaman mencapai 217,95 Hadengan jumlah produksi lebih dari 67,24 ton biji kering yang tersebar di 12 Kapanewon dengan populasi terbanyak berada di Kapanewon Cangkringan. 
“Kami berharap dengan adanya perluasan lahan tanaman kopi, maka produksi kopi Sleman dapat semakin meningkat sehingga juga berkorelasi terhadap peningkatan pendapatan para petani kopi di Sleman,” kata Kustini.
Lebih lanjut ia melaporkan pada tahun 2022 ini Pemkab Sleman memperoleh bantuan dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian untuk pengembangan kopi robusta di Kabupaten Sleman seluas 50 Ha berupa bibit kopi robusta dan pupuk organik. Bantuan ini akan didistribusikan kepada 20 kelompok calon penerima yang tersebar di wilayah Cangkringan, Pakem dan Turi.