Dinkes Selenggarakan Workshop Percepatan Penurunan AKI dan AKB
Sebagai upaya dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan dan Angka Kematian Bayi (AKB) saat proses melahirkan, Pemerintah Kabupaten Sleman bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman selenggarakan workshop percepatan penurunan AKI dan AKB di Kabupaten Sleman bertempat di Hotel Grand Tjockro Yogyakarta, Senin (6/8/18).
Kegiatan workshop tersebut diselenggarakan dengan menghadirkan sejumlah narasumber yang terdiri dari pakar dalam bidang klinis maupun para ahli manajemen. Selain itu , workshop tersebut juga melibatkan Rumah Sakit Sardjito yang menjadi pusat dari rujukan, Rumah Sakit Umum daerah dan Rumah Sakit lainnya dengan jumlah persalinan yang besar serta unsur lainnya seperti Puskesmas.
Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun yang hadir sekaligus menjadi narasumber dalam workshop tersebut menyampaikan perlu adanya kolaborasi antara klinis dan para ahli manajemen. Hal tersebut dinlai penting mengingat kendala dalam manajemen menjadi salah satu yang perlu diperhatikan untuk mengurangi AKI dan AKB.
“Dalam workshop ini kita susun strategi apakah nantinya akan memperbaiki manual rujukan dan membuat kebijakan-kebijakan yang nanti akan berupa regulasi dari Bupati dan semuanya ini dalam rangka menurunkan angka kematian (AKI dan AKB),” kata Sri Muslimatun.
Lebih lanjut, Sri Muslimatun juga menuturkan bahwa dalam penyusunan strategi tersebut juga membahas terkait manual rujukan yang pada sebelumnya hanya khusus membahas tentang penanganan, tempat penanganan, yang meliputi klinis atau kesehatannya saja, kali ini dibahas juga dalam manual rujukan bagaimana penanganan maupun tempat penangan dan biaya bagi mereka yang tidak tercover Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Senada dengan Sri Muslimatun, Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo dalam workshop tersebut terdapat sejumlah masukan-masukan yang bersifat manajerial. “Sleman itu fasilitas kesehatannya tidak kurang-kurangnya, rumah sakit aja ada 28. Dokter spesialis itu siap menangani bersalin harus dengan operasi yang paling canggih sekalipun, spesialis anak juga siap menangani bayi yang baru lahir untuk bertahan. Tapi masalahnya diantara itu ada peran manajerial,” papar Joko.
Joko juga mejelaskan bahwa Pemkab Sleman memiliki manual rujukan hanya saja rujukan tersebut belum sampai kepada pembiayaan. Di era JKN seperti saat ini yaitu BPJS yang menjadi operatornya, menurut Joko terdapat beberapa sisi yang terhambat dikarenakan aturan-aturan yang terdapat di BPJS. “Jangan sampe dengan adanya aturan-aturan yang dapat menghambat tersebut, dapat meningkatkan angka kematian ibu melahirkan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Joko menyebut angka kematian ibu melahirkan di Sleman saat ini sudah menurun dalam arti jumlah kematian yang ada masih fluktuatif. Namun jika dibandingkan dengan angka kematian nasional, angka kematian ibu melahirkan di Sleman jauh di bawah jumlah angka nasional.
“Kita (Sleman) ini sudah berada diangka 32/100.000 padahal kalo diangka nasional masih di atas 100/100.000 kelahiran,” ungkap Joko.
Adapun jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten Sleman pada tahun 2016 terdapat 8 kasus kematian dari 15.488 ibu hamil. Sedangkan pada tahun 2017 terdap[at 6 kasus kematian ibu melahirkan dari jumlah 15.549 ibu hamil. Sebagian besar kematian ibu melahirkan saat ini yaitu diakibatkan riwayat penyakit jantung. Sedangkan kematian akibat pendarahan saat ini telah menurun signifikan.