Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) X menghadiri kegiatan syawalan yang diselenggarakan di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Selasa (26/5/18). Dalam kesempatan tersebut juga turut hadir Wakil Gubernur DIY, Pakualaman X dan GKR Hemas beserta sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah DIY.

Pada kesempatan tersebut, Bupati Sleman, Sri Purnomo dan Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun beserta sejumlah pejabat di Pemerintah Kabupaten Sleman menyambut secara langsung kedatangan Gubernur DIY beserta rombongan di Rumah Dinas Bupati Sleman.

Bupati Sleman, Sri Purnomo dalam kegiatan silaturahmi dan syawalan ini juga menyampaikan secara langsung kepada Sultan terkait kondisi Kabupaten Sleman beberapa minggu lalu yaitu terjadinya sejumlah erupsi freaktik di Gunung Merapi.

“Sejak 21 Mei 2018 yang lalu, status Merapi telah dinaikkan ke level ‘Waspada’. Sejak tanggal 11 Mei hingga 1 Juni telah terjadi 12 letusan freatik yang menunjukkan tingginya aktivitas vulkanik.  Sehubungan dengan hal tersebut, Pemkab Sleman telah melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan bencana serta melakukan langkah sosialisasi kepada warga masyarakat, di setiap dusun dan sekolah-sekolah yang berada di sekitar Merapi tentang langkah-langkah kesiapsiagaan,” papar Sri Purnomo.

Menurut Sri Purnomo, dengan adanya kondisi tersebut, ia menilai warga Sleman telah belajar dari pengalaman sebelumnya dengan menunjukkan kesiapsiagaan bencana. Terlebih, saat ini Pemerintah Kabupaten Sleman terus berkoordinasi dengan BPPTKG untuk menetapkan langkah-langkah tindak lanjut penanggulangan bencana yang mungkin diperlukan.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan bahwa Gunung Merapi memiliki rutinitas dan aktivitasnya dan juga merupakan Gunung yang paling aktif Indonesia. Untuk itu dirinya menghimbau agar warga Sleman tetap proporsional dan tetap berhati-hati.

“Memang kemarin mengeluarkan gas, tapi Alhamdulillah tidak ada wedus gembel kan gitu. Yang membahayakan itu wedus gembelnya selain lava,” kata Sultan.

Sultan juga dalam kesempatan tersebut menghimbau terkait pengambilan material vulkanik sisa erupsi pada tahun 2010 yang terdapat di lereng merapi agar secara bijak dengan tidak menggunakan alat-alat berat serta berlebihan dalam pengambilannya. Hal tersebut dinilai mampu memberikan efek tidak baik dan mampu merusak lingkungan.

Dalam kegiatan syawalan tersebut tidak hanya dihadiri oleh pejabat Pemerintah Daerah Sleman dan DIY, tapi juga turut mengundang sejumlah unsur masyarakat.