Kementrian Agama Kabupaten Sleman resmikan Program Santri Mandiri pada acara Resepsi Hari Jadi Kabupaten Sleman ke-102 bertempat di Graha Vidi (16/5/2018). Pada peremsian tersebut ditandai dengan penyerahan secara simbolis Blanko kreasi dari Pondok Pesantren Beji Sidoarum Godean.

Kepala Kemenag Sleman Sa’ban Nuroni mengatakan program ini dibuat setelah pihaknya melakukan monitoring ke 33 pesantren yang ada di Sleman. Dalam pantauannya Ia menemukan pesantren – pesantren yang ada di Sleman memiliki potensi dalam bidang ekonomi kreatif namun tidak dikelola dengan baik. Dengan adanya program ini pihaknya mencoba melibatkan pemerintah dalam membantu meningkatkan potensi pesantren tersebut.

Menurutnya selama ini ketika santri selesai menempuh pendidikan di pesantrennya masing- masing , para santri belum mempunyai bekal yang cukup untuk hidup di masyarakat secara mandiri. “Ketika dia slesai di pesentren dia bisa mengembangkan ekonomi produktif di tengah masyarakat,” kata Sa’ban

Sa’ban berharap kepada OPD yang mempunyai program pemberdayaan masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam memberikan bekal keterampilan bagi santri-santri di pesantren. “Ketika santri tersebut dibekali ilmu agama yang kuat ditambah dengan ilmu keterampilan, tentu akan mempunyai nilai lebih dalam mengembangkan ekonomi produktifnya,” jelasnya.

Sa’ban menambahkan bahwa  program santri mandiri tersebut tidak akan mengganggu dari kegiatan yang telah berjalan di pesatren. Dalam pelaksanaannya pihaknya akan menyesuaikan dengan jadwal pesantren.

“Kami akan sesuaikan dengan jadwal pesantren,” kata Sa’ban.

Kedepannya ia berharap program santri ini memiliki ruang pameran sendiri agar santri dapat menampilkan hasil produk- produk mereka.

Sementara itu Bupati Sleman Sri Purnomo memberikan apresiasi kepada pondok pesantren yang tidak hanya memberikan ilmu terkait keagamaan kepada santrinya tetapi juga ilmu yang sifatnya duniawi.

“Orang hidup butuh bekal ilmu untuk dunia maupun akhirat,” kata Sri Purnomo

Menurutnya dengan dibekali keterampilan, kerajinan, dan ilmu wirausaha diharapkan nantinya ketika mereka keluar dari pesantrennya mempunyai bekal untuk menafkahi hidupnya selain sebagai seorang dai.

“Tidak hanya sukses akhirat tetapi dunia dan juga akhirat,” kata Sri Purnomo.

Sementara itu Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Nurhuda mengatakan ketika melakukan monitoring banyak dari santri – santri tersebut yang berasal dari anak jalanan yang tidak mendapatkan pendidikan formal.

Ia mengatakan program tersebut sudah berjalan mulai awal 2018, dan sudah mengadakan pameran hasil produk pesantren di di Sindu Kusuma Edupark, pada Rabu 9 Mei 2018 lalu. Dengan program ini capaian yang diharapkan ialah santri tersebut memiliki kehidupan yang lebih baik dengan dibekali dengan keterampilan.

Selain itu Huda mengatakan beberapa Ponpes sudah mampu menciptakan produk sendiri bahkan sudah ada yang memasarkan keluar daerah. Seperti, Blankon kreasi dari Ponpes Beji, Sidoarum, Godean dan Puzzle kreasi dari Kuno, Nogotirto, Gamping.